Selasa, 23 Desember 2014

Indonesia Metalheads Kuala Lumpur Datangkan Jagal & Nalais

BURN IN FLAME #3
BURN IN FLAME #3
GerilyaMagazine.com | Kuala Lumpur, – Akhir tahun 2014 akhirnya ditandai kembali dengan terselenggaranya BURN IN FLAME #3 yang digelar oleh komunitas IMKL (Indonesian Metalheads Kuala  Lumpur), sebuah wadah komunitas metalheads Nusantara yang berada di Malaysia sebagai event penghujung tahun.
Tentu saja event ini juga dibantu oleh sahabat – sahabat dari komunitas metalheads Malaysia yang selama ini turut menyokong dan berbagi semangat dalam setiap event BIF yang digelar.
Untuk BIF #3 ini yang juga ditandai dengan anniversary komunitas IMKL yang kedua ini, kali ini terpilih JAGAL, unit brutal death kawakan dari Surabaya yang sudah lama malang melintang dengan beberapa album dan tour dan NALAIS pasukan grind core dari Bali sebagai perwakilan tanah air
Beberapa sahabat metalheads negeri jiran ini juga turut mengisi line up  BIF ini. Kali ini  band – band yang turut membakar suasana, berbagi stage dan keringat ini diantaranya ada SICKSOCIETY yang saat ini dalam proses recording album terbarunya, NEKRAD, CAFERGOT, KAZANNA, MORGGORM, dan WHO GOES TO WAR.
Menurut Anto Grind yang saat ini diamanahkan sebagai salah satu pengurus IMKL menyatakan event ini memang murni urunan atau patungan dari kawan – kawan IMKL selaku penyokong utama setiap event BURN IN FLAME ini dan dibantu oleh sahabat – sahabat lain di luar IMKL.
Kembali BURN IN FLAME menunjukkan semangat persahabatan dan persatuan pada komunitas dua negeri ini bersatu dan melupakan sejenak penatnya rutinitas dan berbagi suasana ceria.
(cece)

http://gerilyamagazine.com/2014/12/04/indonesia-metalheads-kuala-lumpur-datangkan-jagal-nalais/
 

Jumat, 12 Desember 2014

Lawanlah, Meski dengan Tulisan


mesin ketik api

Lawanlah, Meski dengan Tulisan

KONTERKULTUR–SAAT di mana kita tak memiliki tenaga untuk melawan, kita masih bisa menulis. Saat di mana suara kita dibungkam, kita masih bisa menulis. Saat fisik kita dipenjara, kita masih bisa menulis. Lakukanlah perlawanan, meski dengan hanya menulis!
Memang, menulis bukan satu-satunya cara untuk melakukan perlawanan, tetapi menulis bisa menjadi satu cara untuk tetap menumbuhkan semangat perlawanan. Saat kita terdesak tak punya saluran untuk menyuarakan pendapat kita, menulis menjadi media untuk menggelontorkan gagasan dan pendapat kita agar dibaca banyak orang.
Anne Frank, dalam ‘kesendiriannya’ menulis buku harian. Catatan harian itu ditulis Anne selama masa persembunyian di Prinsengracht–menghindari kejaran pasukan Nazi. Di kemudian hari, tepatnya tahun 1947, catatannya diterbitkan. Meski sekadar menulis catatan kecil, tapi ia berhasil merekam jejak kehidupan selama ia berada dalam kondisi tertekan. Dengan wawasannya, dia menyingkapkan hubungan antara delapan orang yang hidup dibawah kondisi yang luar biasa, menghadapi kelaparan, ancaman ketahuan dan dibunuh yang senantiasa hadir, sepenuhnya terasing dari dunia luar, dan terutama, kebosanan, kesalahpahaman yang remeh, serta frustrasi hidup dibawah ketegangan tak tertahankan, dalam tempat tinggal yang terbatasi.
Mengomentari catatannya ini, Chicago Tribune menulis: “Catatan Harian ini mengungkapkan impian-impian, kegetiran hidup, perjuangan, dan emosi…Memperingati setengah abad lebih Berakhirnya Perang Dunia II. Ada Baiknya kita membaca kembali sebuah kesaksian akan perjuangan jiwa dalam mengarungi sisi kejam kehidupan dunia.”
Ini hanya satu contoh. Betapa dalam kondisi terjepit pun, kita bisa melawan–atau setidaknya–memberikan kabar kepada siapapun bahwa diri kita sedang terjepit. Menulis, adalah salah satu cara untuk memperjuangkannya.
Banyak kisah lain yang menceritakan bahwa menulis adalah satu bentuk perlawanan. Syeikh Sayyid Quthb, melalui buku-bukunya jelas melakukan perlawanan terhadap segala bentuk kezaliman yang ada pada saat itu. Ketika fisiknya dibatas oleh jeruji penjara, ia tetap bisa melawan: dengan menulis.
Buya Hamka, tetap bisa berdakwah, bisa berbagi ilmu, bisa melakukan perlawanan dengan menulis. Ketika beliau dipenjara, beliau tetap menulis dan bahkan menghasilkan satu karya fenomenal, yakni Tafsir al-Azhar. Menulis, satu bentuk usaha untuk melawan dan menaklukan tantangan hidup. Menulis menjadi senjata untuk melakukan perang opini.
Kita, generasi mutaakhirin ini, masih bisa membaca kisah-kisah heroik teladan kita di masa lalu, Rasulullah saw melalui para sahabatnya yang bisa membaca dan menulis mengabarkan berdirinya kekuatan baru, negara Islam di Madinah, melalui surat-surat yang dikirim kepada para penguasa di sekitar Jazirah Arab. Secara tidak langsung, surat-surat yang ditulis itu sekaligus mengumumkan perlawanan kepada mereka bahwa ada kekuatan baru untuk menghentikan problem kehidupan yang terjadi saat itu. Ada yang menerima dan ada yang menolak. Kaisar Persia tak terima, maka dirobeklah surat dari Rasulullah saw yang dibawa Abdullah bin Hudzafah as-Sahmy. Heraklius, Kaisar Romawi juga menolak dengan halus ketika menyampaikan pesan kepada Dhihya al-Kalbi, sahabat yang diutus Rasulullah saw. mengantarkan surat kepadanya: “Sampaikanlah berita kepada pembesarmu itu, bahwa aku tahu dia memang benar Nabi,tetapi apa daya, aku tak dapat berbuat apa-apa. Aku tak mau ditumbangkan dari kerajaanku.”
Rasulullah saw bersabda ketika surat yang dibawa utusannya dirobek-robek oleh Kisra: “Semoga Allah merobek-robek kerajaannya pula.” Ketika Heraklius menolak dengan halus, Rasulullah saw. hanya berkomentar pendek, “sa uhaajim al-ruum min uqri baitii” (Akan aku perangi Romawi dari dalam rumahku). Ucapan Nabi saw. ini bukan genderang perang, ia hanya berdiplomasi. Tidak ada ancaman fisik dan juga tidak menyakitkan pihak lawan. Ucapan itu justru menunjukkan keagungan risalah yang dibawanya, bahwa dari suatu komunitas kecil di jazirah Arab yang tandus, Nabi yakin Islam akan berkembang menjadi peradaban yang kelak akan mengalahkan Romawi.
Dan Nabi benar, pada tahun 700-an, tidak lebih dari setengah abad sesudah wafatnya Nabi Muhammad saw (632 M), umat Islam telah tersebar ke kawasan Asia Barat dan Afrika Utara, dua kawasan yang dulunya jatuh ke tangan Alexander the Great. Selanjutnya, kaum muslimin memasuki kawasan yang telah lama dikuasai oleh Kristen dengan tanpa perlawanan yang berarti.
Menurut William R Cook pada tahun 711 M: “713 kerajaan Kristen di kawasan Laut Tengah jatuh ke tangan Muslim dengan tanpa pertempuran, meskipun pada abad ke 7 kawasan itu cukup makmur. Bahkan selama kurang lebih 300 tahun hampir keseluruhan kawasan itu dapat menjadi Muslim.”
Menulis adalah bagian dari perjuangan: melawan; menggerakkan. Tulisan yang mencerahkan mampu mengobarkan semangat dan menggerakkan kekuatan untuk melakukan perlawanan.
Jika Theodor Herzl menulis Der Judenstaat (1896) yang menginspirasi banyak kaum Yahudi untuk mendirikan negara Israel pada 1948 (sekitar 50 tahun setelah buku itu ditulis), kita juga bisa menggerakkan gelombang perlawanan–salah satunya–melalui tulisan. Sekaligus mengabarkan bahwa kaum muslimin juga bisa kembali punya kekuatan yang mendunia–sebagaimana sudah dirintis dan dibuktikan oleh Rasulullah saw., para sahabatnya dan seluruh khalifah hingga terakhir di Turki Utsmani yang berakhir pada 1924. Kita bisa membaca kisah masa lalu, melalui sebuah tulisan. Kita memiliki al-Quran, yakni kalamullah (ucapan Allah) yang ditulis kembali untuk dibaca umat manusia seluruh dunia. Kitab yang mampu memberikan penjelasan, memberikan kabar gembira dan peringatan.
Ya, menulis adalah salah satu cara dalam melakukan perlawanan. Selain tentunya menulis untuk berbagi informasi, berbagi wawasan, berbagi ilmu.
Akhirul keyboard, menulislah terus, dan teruslah menulis agar semangat perlawanan dan perjuangan tak pernah henti. Napoleon Bonaparte pernah berkomentar: “Aku lebih suka menghadapi seribu tentara daripada satu orang penulis”. Ya, seorang jenderal bisa mengerahkan kekuatan seribu tentara, tapi seorang penulis bisa saja menginspirasi ribuan, puluhan ribu, ratusan ribu, atau bahkan jutaan orang untuk melakukan perlawanan. Jangan berhenti menulis! []
Oleh: Ibrahim Hasan, Mahasiswa Universitas Sebelas Maret. Aktivis Gema Pembebasan Solo Raya
Sumber: Islampos

http://konterkultur.com/lawanlah-meski-dengan-tulisan/

Punk dan Komunisme


punk lenin

Punk dan Komunisme

Where man is free
where`s no more need
i`ll rest my soul in peace
when there is silence
without a coming storm
i`ll be free of the oath i`ve sworn
But until that time remains
My commitments to communism
(lirik lagu Commitment – oleh Man Lifting Banner)

KONTERKULTUR–Sejak awal, punk memang tidak pernah lepas dari muatan ideologis. Banyak diantarascenester punk/hardcore di Indonesia yang belajar banyak tentang esensi perlawanan kultur punk justru bukan dari sekedar mendengarkan dan membaca lirik lagu band favorit mereka, namun dari pembelajaran lain yang lebih dari itu. Misalnya dari diskusi-diskusi, buku, film, atau bergabung dengan suatu kolektif perlawanan. Beberapa pemikir punk menganggap bahwa mengedukasi diri dengan ide-ide perlawanan itu ‘wajib’ jika memilih jalan hidup punk. Karena esensi dari punk sendiri, katanya, adalah perlawanan terhadap ketidakadilan. Maka ideologi-ideologi yang bermuatan perlawanan dari pihak yang ‘terdominasi’ kepada ‘pihak yang mendominasi’ terdengar sangat ‘seksi’ untuk dilirik para penganut punk diberbagai penjuru dunia.
Meski punk identik dengan faham anarkisme, tapi anarkisme bukanlah satu-satunya ‘ideologi’ yang biasa dilirik oleh para pegiat punk. Marxisme juga banyak menginspirasi pemikiran banyak band punk diseluruh dunia. Meski ada banyak perbedaan mendasar antara anarkisme dengan marxis-leninis/komunisme (bahkan ada juga aspek-aspek yang sangat kontradiktif), tapi muatan perlawanan yang diusung oleh kedua ideologi tersebut berhasil menarik hati banyak band punk/hardcore di seluruh dunia. Sebut saja Man Lifting Banner, DeadStoolPigeon, Sober Response dan Seein’ Red. Mereka adalah band-band yang mendeklarasikan diri sebagai band hardcore/punk ber-ideologi kiri. Bahkan Olav, seorang personel Man Lifting Banner pernah mengatakan bahwa mereka memang membawa ideologi Marxis-Komunis dalam pemikiran dan lagu-lagunya. Mereka menginginkan sebuah masyarakat yang berlandaskan persamaan dan keadilan sosial sesuai konsep Marx. Bagi mereka, rakyat harus memiliki kontrol terhadap hidupnya sendiri dan masyarakat harus dikendalikan oleh rakyat sendiri, bukan oleh para businessman (kapitalis)[1].
Isu-isu yang dilemparkan oleh para pengikut Marx di scene hardcore/punk tidak pernah jauh dari isu kesetaraan dan perlawanan kelas sosial. Entah itu berbentuk kesetaraan dibidang ekonomi, sosial, politik, hukum, maupun gender. Musuh besar mereka adalah kapitalisme. Bagi mereka, kapitalisme adalah biang kerok terjadinya segala bentuk penindasan, diskriminasi, dan dominasi di muka bumi ini. Prinsipnya, dimanapun ada otoritas, disitulah ada penindasan.
Di dalam scene punk negeri ini juga pernah mengalami masa-masa dimana para scenester tertarik untuk bergabung dalam barisan pengikut Komunis (Marxis-Leninis). Menjelang pemilu 1999 lalu, PRD (Partai Rakyat Demokratik) menjadi lirikan banyak individu maupun kolektif untuk ikut memperjuangkan nasib rakyat tertindas. Karena dianggap memiliki ‘musuh’ yang sama (baca: kapitalisme), akhirnya para punk yang seharusnya identik dengan ideologi anarkisme banyak yang mulai bergabung dalam PRD. Sebut saja para personel band hardcorepunk Kontaminasi Kapitalis di era awal. Mereka pernah berada dalam kepengurusan partai kiri ini di wilayah Bandung. Diluar itu ada beberapa band punk lokal yang terindikasi kuat menyebarkan ide-ide Marxisme seperti Marjinal dan Lontar.
Namun hal itu tidak berlangsung lama, sejak mereka terlibat dalam perdebatan yang prinsip dengan aktivis-aktivis PRD ketika itu. Mereka mengungkapkan kekecewaan yang dalam berbagai tulisan di zine berjudul Mempersenjatai Imajinasi. Dalam edisi kedua dari zine itu, Pam, sang editor menuliskan segudang sumpah serapah tentang kebusukan Marxis-Leninis ala PRD.
Jika ditelisik lagi, para punk yang kecewa dengan sikap dan pemikiran PRD ini karena menurut mereka PRD bukanlah representasi pemikiran Marx yang sebenarnya. PRD dianggap tidak ubahnya pemikiran sempalan dari Marx. Tapi bukan murni Marx. Dengan kata lain, kutukan dan makian mereka ke PRD disebabkan sistem dari partai tersebut ternyata sama busuknya dengan apa yang dilakukan Lenin di Rusia.
Bagaimanapun juga Komunisme memang tidak pernah berhasil mulus ketika diterapkan dalam tatanan sosial kemasyarakatan. Begitu pula Marxisme, meski buku-bukunya dipuja oleh banyak anak-anak muda di berbagai kampus di Indonesia, tetap saja belum pernah ada yang berhasil menerapkan pemikiran Marx kedalam kehidupan sosial bermasyarakat. Jangankan untuk kehidupan bermasyarakat, Marx sendiri berasal dari tatanan keluarga yang berantakan, dia sendiri seorang pecandu alkohol, dan hal itu yang menyebabkan dirinya ditangkap polisi karena melakukan kekerasan.
Dalam sejarah punk, baik Anarkisme maupun Komunisme, keduanya sama-sama memiliki catatan buruk dan kecacatan yang fatal.[2] Sampai kapanpun, ide-ide Anarkisme, Komunisme (Marx-Leninis) maupun Marxisme murni tetap akan menjadi ancaman bagi kebodohan sebagian umat Islam yang tidak bisa memfilter ideologi Barat yang masuk. Jangan pernah iseng mempelajari pemikiran-pemikiran yang berasal dari mereka selain untuk bersikap kritis terhadapnya. Komunisme yang masuk secara sporadis ke dalam scene punk (meski kini tidak segencar dulu), hanya akan memicu bibit-bibit kebodohan baru di negeri ini. Selamanya faham ini tidak akan pernah bisa menjadi solusi untuk problematika umat manusia. []
[1] Baca Interview dengan man Lifting Banner di Membakar Batas Zine #1
[2] Baca tulisan berjudul “Anarkisme, Punk dan Islam” dalam Sub Chaos Zine edisi 10
Oleh: Aik

http://konterkultur.com/punk-dan-komunisme/

Freemason Dalam Sejarah Indonesia


steps-of-freemasonry

Freemason Dalam Sejarah Indonesia

KONTERKULTUR–Meski ratusan tahun beroperasi di Nusantara, keberadaan Freemason (Belanda:Vrijmetselaarij), nyaris tak tertulis dalam buku-buku sejarah. Padahal, banyak literatur yang cukup memadai untuk dijadikan rujukan penulisan sejarah tentang gerakan salah satu kelompok Yahudi di wilayah jajahan yang dulu bernama Hindia Belanda ini.
Di antaranya adalah: Vrijmet selaarij: Geschiedenis, Maats chapelijke Beteekenis en Doel (Freemason: Sejarah, Arti untuk Masyarakat dan Tujuannya) yang ditulis oleh Dr Dirk de Visser Smith pada tahun 1931, Geschiedenis der Vrymet selary in de Oostelijke en Zuidelijke Deelen (Sejarah Freemason di Timur dan Selatan Bumi) yang ditulis oleh J Hagemen JCz pada tahun 1886, Geschiedenis van de Orde der Vrijmetselaren In Nederland Onderhoorige Kolonien en Londen (Sejarah Orde Freemason di Nederland di Bawah Kolonialisme) yang ditulis oleh H Maarschalk pada tahun 1872, dan Gedenkboek van de Vrijmet selaaren In Nederlandsche Oost Indie 1767-1917 (Buku Kenang-kenangan Freemason di Hindia Belanda 1767-1917), yang diterbitkan secara resmi pada tahun 1917 oleh tiga loge besar; Loge de Ster in het Oosten (Batavia), Loge La Constante et Fidele (Semarang), dan Loge de Vriendschap (Surabaya).
Di samping literatur yang sudah berusia ratusan tahun tersebut, pada tahun 1994, sebuah buku berjudul Vrijmetselarij en samenleving in Nederlands-Indie en Indonesie 1764- 1962 (Freemason dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764- 1962) ditulis oleh Dr Th Stevens, seorang peneliti yang juga anggota Freemason. Berbeda dengan buku-buku tentang Freemason di Hindia Belanda sebelumnya, buku karangan Dr Th Stevens ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 2004.
Buku-buku yang mengungkap tentang sejarah keberadaan jaringan Freemason di Indonesia sejak masa penjajahan tersebut, sampai saat ini masih bisa dijumpai di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Bahkan, Indisch Macconiek Tijdschrift (Majalah Freemason Hindia), sebuah majalah resmi milik Freemason Hindia Belanda yang terbit di Semarang pada 1895 sampai awal tahun 1940-an, juga masih tersimpan rapi di perpustakaan nasional.
Selain karya Stevens dan H Maarschalk yang diterbitkan di negeri Belanda, buku-buku lainnya seperti tersebut di atas, diterbitkan di Semarang dan Surabaya, dua wilayah yang pada masa lalu menjadi basis gerakan Freemason di Hindia Belanda, selain Batavia. Keberadaan jaringan Freemason di Indonesia seperti ditulis dalam buku Kenang-kenangan Freemason di Hindia Belanda 1767-1917 adalah 150 tahun atau 199 tahun, dihitung sejak masuknya pertama kali jaringan Freemason di Batavia pada tahun 1762 sampai dibubarkan pemerintah Soekarno pada tahun 1961.
Selama kurun tersebut Freemason telah memberikan pengaruh yang kuat di negeri ini. Buku Kenang-kenangan Freemason di Hindia Belanda 1767-1917 misalnya, memuat secara lengkap operasional, para tokoh, dokumentasi foto, dan aktivitas loge-loge yang berada langsung di bawah pengawasan Freemason di Belanda. Buku setebal 700 halaman yang ditulis oleh Tim Komite Sejarah Freemason ini adalah bukti tak terbantahkan tentang keberadaan jaringan mereka di seluruh Nusantara.
Keterlibatan elite-elite pribumi, di antaranya para tokoh Boedi Oetomo dan elite keraton di Kadipaten Pakualaman, Yogyakarta, terekam dalam buku kenang-kenangan ini. Radjiman Wediodiningrat, orang yang pernah menjabat sebagai pimpinan Boedi Oetomo, adalah satu-satunya tokoh pribumi yang artikelnya dimuat dalam buku kenang-kenangan yang menjadi pegangan anggota Freemason di seluruh Hindia Belanda ini.
Radjiman yang masuk sebagai anggota Freemason pada tahun 1913, menulis sebuah artikel berjudul ”Een Broderketen der Volken” (Persaudaraan Rakyat). Radjiman pernah memimpin jalannya sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Selain Radjiman, tokoh-tokoh Boedi Oetomo lainnya yang tercatat sebagai anggota Freemason bisa dilihat dalam paper berjudul The Freemason in Boedi Oetomo yang ditulis oleh CG van Wering.
Kedekatan Boedi Oetomo pada masa-masa awal dengan gerakan Freemason bisa dilihat setahun setelah berdirinya organisasi tersebut. Adalah Dirk van Hinloopen Labberton, pada 16 Januari 1909 mengadakan pidato umum (openbare) di Loge de Sterinhet Oosten (Loji Bin – tang Timur) Batavia. Dalam pertemuan di loge tersebut, Labberton memberikan ceramah berjudul, ”Theosofische in Verband met Boedi Oetomo” (Theosofi dalam Kaitannya dengan Boedi Oetomo).
Theosofi adalah bagian dari jaringan Freemason yang bergerak dalam kebatinan. Aktivis Theosofi pada masa lalu, juga adalah aktivis Freemason. Cita-cita Theosofi sejalan dengan Freemason. Apa misi Freemason? Dalam buku Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962, karya Dr Th Steven dijelaskan misi organisasi yang memiliki simbol Bintang David ini: ”Setiap insan Mason Bebas mengemban tugas, di mana pun dia berada dan bekerja,untuk memajukan segala sesuatu yang mempersatukan dan menghapus pemisah antar manusia.”
Jadi, misi Freemason adalah “menghapus pemisah antarmanusia!”. Salah satu yang dianggap sebagai pemisah antarmanusia adalah ‘agama’. Maka, jangan heran, jika banyak manusia berteriak lantang: ”semua agama adalah sama”. Atau, ”semua agama adalah benar, karena merupakan jalan yang sama-sama sah untuk menuju Tuhan yang satu.”
Paham yang dikembangkan Freemason adalah humanisme sekular. Semboyannya: liberty, egality, fraternity. Sejak awal abad ke-18, Freemasonry telah merambah ke berbagai dunia. Di AS, misalnya, sejak didirikan pada 1733, Freemason segera menyebar luas ke negara itu, sehingga orang-orang seperti George Washington, Thomas Jefferson, John Hancock, Benjamin Franklin menjadi anggotanya.
Prinsip Freemasonry adalah ‘Liberty, Equality, and Fraternity’. (Lihat, A New Encyclopedia of Freemasonry, (New York: Wing Books, 1996). Harun Yahya, dalam bukunya, Ksatria-kstaria Templar Cikal Bakal Gerakan Freemasonry (Terj), mengungkap upaya kaum Freemason di Turki Usmani untuk menggusur Islam dengan paham humanisme.
Dalam suratnya kepada seorang petinggi Turki Usmani, Mustafa Rasid Pasya, August Comte menulis, “Sekali Usmaniyah mengganti keimanan mereka terhadap Tuhan dengan humanisme, maka tujuan di atas akan cepat dapat tercapai.” Comte yang dikenal sebagai penggagas alir n positivisme juga mendesak agar Islam diganti dengan positivisme. Jadi, memang erat kaitannya antara pengembangan liberalisasi, sekularisasi, dan misi Freemason.*[]


http://konterkultur.com/freemason-dalam-sejarah-indonesia/

Selasa, 02 Desember 2014

Anti-Flag, Band Punk yang Mengajakmu Anti-Amerika Sekaligus Anti-Agama

KONTERKULTUR–Dulu, kami mungkin paling suka dengan band ini. Kritikannya terhadap kebijakan Amerika buas sekali. Cakaran lirik-liriknya kuat. Area sindirannya nggak cuma ke pemerintah negara asal mereka, tapi juga ke scene emo, scene hardline, indie, punk rock. Mereka anggap semua scene itu suck, karena mereka menganggap kekanak-kanakan kalau cuma ngejadiin musik just for fun.
Lihat, mereka nggak percaya bahwa musik cuma untuk fun doang. Mereka menjadikan musik sebagai corong propaganda keyakinan mereka.
Dalam lagu “If You Wanna Steal”, mereka bercerita tentang seorang anak yang memiliki bapak yang cerdas. Bapaknya ini mampu menyederhanakan sesuatu yang rumit dalam pandangan anaknya yang berumur 9 tahun.
Lagu ini menarik, tapi coba perhatikan keyakinan apa yang ingin disampaikan Justin, Pat Thetic, dan awak band punk rock ini?
“If you wanna live you better not fear how you die. Heaven and hell are just a myth so you better pay attention to this moment.” (If You Wanna Steal/Anti Flag)            
“Jika kamu ingin hidup, sebaiknya kamu tidak takut mati. Surga dan neraka cuma mitos doang. Jadi sebaiknya kamu mendengarkan lirik ini dengan baik.” (If You Wanna Steal-Anti Flag).
Ya, mereka sedang mengajakmu untuk meninggalkan agamamu! Buang ke sampah saja kalau ada rekaman semacam ini![]
Oleh: Divan Semesta (Ex-Anti-Mammon).
(Tulisan ini diambil dari manifesto band punk Anti-Mammon yang diterbitkan tahun 2012 dalam bentuk zine dengan nama yang sama).
Editor: Abu Hafizh

http://konterkultur.com/anti-flag-band-punk-yang-mengajakmu-anti-amerika-sekaligus-anti-agama/

Ode untuk Merry : sedikit kisah tentang alm pacar [ivan scumbag]

Merry. Saya ga pernah tau nama lengkapnya. Saya juga ga inget persis kenalnya gimana. Yang pasti saya mulai tau Merry sejak Omuniuum pindah ke Ciumbeluit dan saya mulai sering berkunjung beberapa tahun yang lalu. Tempat yang enak untuk ngobrol dan melepas kepenatan kuliah, persis di depan kampus.

Yang saya tahu, Merry adalah orang yang mengurus segala hal di belakang counter. Saya baru menyadari Merry adalah pacar alm Ivan Scumbag / Burgerkill saat membaca bukunya Kimung, "Myself: Scumbag, Beyond Life and Death". Saya sempet dengan lugunya mengkonfirmasi itu dengan Mas Tri dan Boit, "Eh itu Merry yang di buku ini kan?".

Semakin saya mengenal Merry, walau tidak pernah jauh lebih banyak daripada; "halo", "pulang dulu", "mana boit dan mastri?", "ini berapa mer?", dan ledekan atau cela-celaan seadanya, saya melihat banyak perubahan. Merry pada awalnya salah satu orang yang paling tertutup yang saya kenal, untuk banyak hal mungkin, tapi saya dapat melihat dari gesturnya. Tetapi, setahun terakhir ini Merry menjadi sosok yang jauh lebih terbuka, lebih ramah dan sering menyapa pelanggan. Dari yang ucap-ucapan dan ledek-ledekan dan cela-celaan (suatu hal yang banyak dikenang dari orang lain) yang kurang bermakna, menjadi sapaan yang hangat. Auranya pun tidak segarang saat saya pertama kali mengenalnya.

Subuh tadi, setelah saya selesai bekerja sepanjang malam, saya mendapat kabar duka. Oleh Kimung, dari Fesbuk. Saya mencoba tidak untuk memikirkannya, hanya menyebarkan kabar sebagai perhormatan saya untuknya. Saya ingat hal terakhir yang kami bahas adalah Merry seorang mutan. Ga pernah jelas sakit apa. Sudah bersih selama beberapa tahun terakhir. Tapi setan penggerogot itu mungkin tidak pernah melepas cengkramannya dari dalam. Terakhir dites ga ada apa-apa dengan kepala dan paru-parunya. Diagnosa terakhir adalah TBC. Itu akhir Juli. Saya hanya bisa tidur dan sedikit menyayangkan hal ini terjadi.

Lalu pas saya bangun siangnya, Felix men-tag saya dengan note di facebooknya. Kira-kira hal yang serupa dengan apa yang saya tuliskan ini. Entah kenapa airmata saya tidak bisa berhenti mengalir. Sampai dua jam selanjutnya, di tempat tidur. India sialan. Bikin melodramatis. Sampai saat ini saya tidak pernah mengerti mengapa tubuh rasa bereaksi lain dengan emosi saya yang cukup datar. Mungkin ketidak seimbangan hormon, mungkin empati bawah sadar. Dari pagi sampai malam, saya tidak berani datang atau bertemu dengan teman-teman yang berkabung. Takut jebol lagi. Saya baru datang saat hampir tengah malam ke Omuniuum, menahan dengan bir dingin.

Tapi kira-kira gini akhirnya. Hal yang paling saya syukuri dari lubuk hati yang mendalam. Terakhir kali saya berbicara dengannya diakhir Juni, bukan cela-celaan atau ledekan yang mungkin sepele tetapi mungkin dapat membuat saya menyesal bahwa hal tersebut adalah obrolan yang terakhir yang kami lakukan. Terakhir kali kami berbicara merupakan sapaan dan obrolan hangat.

Mungkin sudah saatnya saya mengurangi cela-celaan saya dan menggantinya dengan keramahan setiap saat. Karena itu yang dapat saya kenang dengan Merry.

Dengan airmata.
Bandung, 20 Agustus 2009

copy from https://www.facebook.com/notes/ryan-koesuma/ode-untuk-merry/119547617225

Selasa, 18 November 2014

kembali membaca tentang tulisan cinta untuk jangan terlalu mencintaiku

dengan tak menghubungimu,
tak juga mengirim pesan untuk menanyakan kabarmu,
dan bahkan sekedar chatting untuk menyapamu,
aku mencintaimu dengan menjauh darimu,
bukan karena aku membencimu,
namun karena aku ingin menjagamu dan menjaga diriku sendiri dari khalwat yang menjebak,
aku mencintaimu dengan menjaga diriku dan dirimu,
menjaga kesucianku dan kesucianmu,
menjaga kehormatanku dan kehormatanmu,
menjaga kebeningan hatiku dan hatimu,
ya......
Beginilah caraku mencintaimu,
mencintaimu dalam diamku,
karena diamku adalah bukti cintaku padamu..
· · Rabu pukul 20:41 · 

Cinta tak pernah akan begitu indah, jika tanpa persahabatan.
….
yang satu selalu menjadi penyebab yang lain .
Seorang pecinta yang terbaik adalah sahabat yang terhebat.
Jika kamu mencintai seseorang, jangan berharap bahwa seseorang itu akan mencintai kamu persis sebaliknya dalam kapasitas yang sama.

Satu diantara kalian akan memberikan lebih, yang lain akan dirasa kurang…… …..
Begitu juga dalam cinta: kamu yang mencari, dan yang lain akan menanti….. .

Jangan pernah takut untuk jatuh cinta….
mungkin akan begitu menyakitkan, dan mungkin akan menyebabkan kamu sakit dan menderita… .. tapi jika kamu tidak mengikuti kata hati, pada akhirnya kamu akan menangis…. …jauh lebih pedih…karena saat itu menyadari bahwa kamu tidak pernah memberi….cinta itu sebuah jalan.

Cinta bukan sekedar perasaan, tapi sebuah komitmen….
Perasaan bisa datang danpergi begitu saja……
Cinta tak harus berakhir bahagia…..
karena cinta tidak harus berakhir…. .

Cinta sejati mendengar apa yang tidak dikatakan… .dan mengerti apa yang tidak dijelaskan, sebab cinta tidak datang dari bibir dan lidah atau pikiran….. ….melainkan dari HATI.

Ketika kamu mencintai, jangan mengharapkan apapun sebagai imbalan,
karena jika kamu demikian, kamu bukan mencintai,melainkan …..investasi.

Jika kamu mencintai, kamu harus siap untuk menerima penderitaan. Karena jika kamu mengharap kebahagiaan, kamu bukan mencintai… .melainkan memanfaatkan.

Lebih baik kehilangan harga diri dan egomu bersama seseorang yang kamu cintai dari pada kehilangan seseorang yang kamu cintai, karena egomu yang tak berguna itu……..

Jangan mencintai seseorang seperti bunga,karena bunga mati kala musim berganti,
cintailah mereka seperti sungai, sebab sungai mengalir selamanya… …..

Cinta mungkin akan meninggalkan hatimu bagaikan kepingan2 kaca, tapi yakinkan dalam pikiranmu, bahwa Ada seseorang yang akan bersedia untuk menambal lukamu dengan mengumpulkan kembali pecahan2 kaca itu…..
Sehingga kamu akan menjadi utuh kembali
  · · · 4 menit yang lalu · 

Kau bilang,
aku begitu baik,
aku bertanya,
apa jadinya jika kebaikan itu aku bagikan bukan hanya untukmu?
Kau terdiam.

Lalu kau bilang,
aku begitu penyayang dan perhatian
aku bertanya,
jika aku bagikan kasih dan sayangku tak sepenuhnya untukmu?
Kau bungkam.

Kau pun bilang,
aku begitu indah,
aku pun bertanya,
bagaimana jika orang lain pun melihat demikian?
Kau tertegun.

Kau katakan,
aku adalah cinta tertinggimu
aku tanyakan,
selama apakah itu akan berlaku untukku?
Kau tak menjawab.

Kau katakan pula,
aku adalah pemilik hatimu,
aku bertanya,
bagaimana jika kau bukan pemilik hatiku?
Kau hanya memandangku.


Aku katakan,
Jangan Mencintaiku!
Siapa yang kau salahkan?



Ditengah hiruk pikuk dunia,
mengingatmu
24 Desember 2011
 
 

Jika Satu ari nnT kiTa berTemu,naMun maTamu beraT memandngKu...
RingankanLah kakiMu perGi daRiku...
Jika bibirMu terpaKsa senYum paDaku...
RingankanLah muKa mu unTuk berPaLing padaKu..
Jika sukaR unTuk meLupaKn keSilaPanku..
MudahkanLah lidahmu unTuk mGhinaKu..
Tapi andaiNya saTu aRi nnT..
TeLingaMu teDenGr beRita keTiadaanKu....
IkhLaskN Lah TanGanMu mGusung JasaDku&biSiknLah paDaku yg Kau teLah mEmaafKnku...
Semoga kaLimah iTu mJadi peliTa dKubuR geLapkU...
&mJadi banTaL tika leNa panJangku..
· 26 September pukul 18:10 ·

Dulu hingga kau datang

Wednesday, 19 October 2011

sejujurnya, dulu aku tidak pernah tau apa itu cinta.
aku tidak mengerti apa arti cinta
aku tak pernah tau rasanya mencintai.
aku tak pernah tau rasanya di cintai ..

semua hanya datang dan pergi begitu saja,
tanpa meninggalkan perasaan apapun .
mereka tak pernah mengisi hari-hariku.
menghiasi Lembaran buku kehidupanku, dan
tidak pernah memiliki relung hatiku.

sampai kau datang dengan membawa semua yang tidak ku sadari.
kau mengajakku merasakan hal yang tidak pernah ku rasakan sebelumnya
kau memberitahuku semua hal yang tak pernah ku ketahui.

aku tidak tau kapan kau mulai mengisi hari-hariku,
aku tak tahu sejak kapan kau muLai menghiasi lembaran kehidupanku
dan aku tak tau pasti kapan kau mulai memiliki hatiku..

Entah haL apa yang membuatku tidak menyadari semua hal itu
tapi kini ku menyadari..
kauLah orang yang ku nanti saat ini ,,

catatan seorang jakmania awayday gresik


Tim Gresik United (Persegres) yang menjamu Persija Jakarta di Stadion Petrokimia Gresik, Jawa Timur pada hari Minggu, 22 April 2012 memang merupakan salah satu partai yang telah dinantikan oleh Saya dan beberapa rekan dengan menempatkan Gresik, sebagai salah satu kota tujuan untuk nantinya dapat hadir disana, saat tim Persija melakukan pertandingan away-nya menghadapi tuan rumah Gresik United. Pada akhirnya, Saya bisa juga berkesempatan hadir ke kota yang berada sekitar 20 km di sebelah utara dari kota Surabaya ini.
Tour kali ini dimulai dengan menggunakan Kereta Api (KA) Kertajaya relasi Jakarta (Pasar Senen)-Surabaya (Pasar Turi). Tiket kereta telah dipesan beberapa hari sebelumnya, pemberangkatan sendiri dibagi menjadi 2 rombongan yang berangkat pada hari Jumat, 20/4 adalah rekan Sontonk, Ina, Lionel, Ariz, Amie dan Ari Prakoso, sementara pemberangkatan hari Sabtu, 21/4 adalah rekan Boby, Santoz, Arie, Arjunz, Junot, Sapari, Ryan, Joy, Dedi, Opan & Saya sendiri. Sementara rekan Icha menyusul pada Sabtu malam dengan menggunakan KA. Argo Bromo Anggrek dikarenakan masih ada pekerjaan hingga Sabtu sorenya.
Pemberangkatan di hari Sabtu juga berbarengan dengan pemberangkatan rombongan The Jakmania Gour Gresik dengan menggunakan kereta yang sama. Rombongan The Jakmania menempati gerbong #6 & #7, sementara Saya dan rekan-rekan menempati gerbong #8 yang berada di barisan paling belakang dari rangkaian gerbong penumpang KA. Kertajaya hari itu. Rencananya semua akan turun di Stasiun Lamongan untuk selanjutnya meneruskan perjalanan darat ke kota Gresik. Perjalanan kereta sendiri diperkirakan menempuh waktu sekitar 14 Jam dari Stasiun Pasar Senen dengan schedule keberangkatan Pkl. 15.35 WIB yang nantinya akan melewati kota-kota diantaranya Cirebon, Tegal, Pemalang, Semarang, Cepu, Bojonegoro dan Babat untuk selanjutnya turun di Lamongan. Sebagian menganggap route ini merupakan route “Jalur Gaza” saat nantinya kereta melintas disepanjang jalur Jawa Barat dan Jawa Timur.. :D
Perjalanan dari Jakarta menuju Lamongan relatif lancar, walaupun ada “sedikit gangguan” dikawasan Pegaden-Cikampek yang sempat meretakkan kaca jendela kereta, perjalanan menembus lintas Jawa Barat relatif aman terkendali, begitupun saat kereta melintas di jalur Jawa tengah dan Jawa Timur. Dari Jakarta menuju Cirebon, kereta hanya semoat berhenti sebentar di Pegaden, selebihnya kereta terus berjalan menuju Cirebon. Kereta tiba di stasiun Cirebon sekitar pukul 19.00 WIB yang langsung disambut oleh rekan-rekan Jak Cirebon yang membentangkan spanduk Jak Cirebon sambil bernyanyi menyambut kedatangan kereta yang membawa rombongan The Jakmania.. Untuk yang kesekian kalinya Saya sangat respect terhadap kawan-kawan Jak Outsiders..  Penyambutan juga dilakukan kawan-kawan Jak Semarang ketika kereta singgah di stasiun Poncol, Semarang.
Menurut catatan Saya, Kereta hanya berhenti agak lama di stasiun Sragi, karena harus menunggu lintasan yang akan digunakan 3 rangkaian kereta kelas executive.. :DStasiun ini merupakan stasiun kereta api yang terletak di daerah Sragi, Pekalongan, Jawa Tengah. Stasiun ini berada di Daerah Operasi (Daop) IV Semarang. Saat menunggu kereta berangkat kembali, rekan Zani dari Jak Online menghubungi Saya via telepon genggam milik rekan Junot untuk melakukan “Live Report” suasana perjalanan tour menuju kota Gresik dari studio RRI Pro-2 FM Jakarta, di acara siaran radio Jakarta Football Community (JFC) yang rutin disiarkan setiap hari Sabtu oleh Jak Online.
Sekitar pukul 05.00 WIB kereta tiba di stasiun Lamongan, sebelumnya sempat muncul ide untuk menyalakan flare saat kereta bergerak memasuki stasiun Lamongan untuk membangkitkan semangat bagi semua rekan-rekan yang mengikuti tour ini tanpa terkecuali, untuk hal ini, rekan Boby yang mengeksekusi moment ini, Saya sendiri sebelumnya telah bergerak ke gerbong 7 untuk bersiap mengabadikan moment ini, dikarenakan pintu gerbong 8 tidak dapat dibuka karena tertahan oleh barang-barang dari penumpang lainnya. Setelah kereta tiba di stasiun Lamongan, rekan Dedi juga menyalakan flare bersama rekan Boby disaat rombongan turun di stasiun ini.. Nice Moment.. :)
Di stasiun Lamongan, rekan Sontonk yang telah tiba sehari sebelumnya telah menyambut bersama rekan Alfa dari Ultras Gresik dan telah menyiapkan sebuah kendaraan dihalaman luar stasiun untuk selanjutnya langsung menuju kota Gresik, sementara rombongan besar Jakmania yang berjumlah sekitar 250 orang akan merapat dulu ke sekretariat LA Mania di kota Lamongan untuk berkoordinasi dan rencananya baru akan bergerak konvoi ke kota Gresik sekitar pukul 10.00 WIB.  Jarak dari kota Lamongan ke kota Gresik sekitar 28 km yang dapat ditempuh dengan berkendara selama 30 menit saja.
Tiba di kota Gresik, Saya dan kawan-kawan langsung mengarah ke rumah rekan Alfa di kawasan Sukorame, disana telah ada beberapa rekan yang sehari sebelumnya telah tiba di Gresik dan bermalam dirumah rekan Alfa yang memang menjadi “homebase” untuk agenda tour Gresik kali ini. Begitu tiba di homebase, inilah yang ditunggu-tunggu.. Nasi Krawu.. :D Sebelumnya telah tersaji makanan khas Gresik lainnya diantaranya Jubung, Otak-Otak Bandeng & Pudak yang disertai juga dengan penganan khas lainnya disertai wedang kopi. Sementara Nasi Krawu sendiri merupakan “request” Saya dari jauh-jauh hari ke rekan Alfa jika nantinya Saya berkunjung ke Gresik.. Akhirnya.. :)
Setelah puas menyantap hidangan khas Gresik, beberapa rekan ada yang melanjutkan dengan beristirahat, mandi dan keluar rumah untuk berkeliling kota Gresik, Saya sendiri memilih berbincang-bincang dengan kedua orang tua rekan Alfa seputar hal-hal yang berkenaan dengan kota Gresik dan sepakbola Gresik, kebetulan Ayah dari rekan Alfa juga salah satu pendiri dari kelompok Ultras Gresik dan sudah lama menjadi pecinta tim sepakbola Gresik yang dulu masih bernama Petrokimia Gresik. Setelah puas berbincang-bincang dan beberapa rekan yang berkeliling telah kembali ke homebase, Saya bersama rekan Amie menyempatkan diri untuk mampir “menengok” stadion Petrokimia Gresik yang letaknya tidak terlalu jauh dari homebase, sekaligus menikmati suasana kota Gresik menjelang siang hari yang walaupun cuacanya sangat terik namun beruntungnya disepanjang perjalanan menuju stadion, suasananya cukup nyaman dengan aneka pepohonan yang berjejer rindang dipinggir jalan layaknya seperti hutan kota.
Gresik merupakan sebuah kota kabupaten di Jawa Timur yang memiliki luas wilayah 1.191,25km². Wilayah Kabupaten Gresik juga mencakup Pulau Bawean, yang berada 150 km dari lepas pantai Laut Jawa. Thomas Stamford Raffles dalam bukunya The History of Java mengungkapkan bahwa nama Gresik berasal dari kata giri gisik, yang berarti “gunung di tepi pantai”, merujuk pada topografi kota yang berada di pinggir pantai. Sementara menurut catatan dari Tiongkok, Gresik didirikan di abad ke-14 oleh seorang Tionghoa. Gresik dikenal sebagai salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur. Beberapa industri di Gresik antara lain Semen Gresik, Petrokimia Gresik, Nippon Paint, BHS-Tex, Industri Perkayuan/Plywood dan Maspion. Gresik juga merupakan penghasil perikanan yang cukup signifikan, baik perikanan laut, tambak, maupun perikanan darat, hal ini tampak dengan banyaknya tambak bandeng disepanjang jalur Lamongan menuju Gresik, untuk “synergy” dengan industri, rasanya hal ini memang sudah menyatu dan melekat dengan suasana dan beberapa bangunan di kota ini.
Selain itu Gresik juga dikenal sebagai kota ziarah, mengingat di kota ini terdapat Makam Maulana Malik Ibrahim (di Gapuro), Makam Sunan Giri (di desa Giri), Makam Sunan Prapen (Cucu Sunan Giri) di desa Klangonan, Makam Fatimah Binti Maimun, Makam Kanjeng Sepuh dan Petilasan sunan kalijaga di Kawasan Gunung Surowiti, kecamatan Panceng di Kabupaten Gresik. Tak heran jika di kota ini sering dijumpai bis-bis pariwisata nampak lalu lalang membawa para peziarah. Kabarnya, beberapa rekan juga sempat melakukan wisata ziarah ini.. :) Sama halnya dengan kota-kota lainnya, dibeberapa sudut kota, juga Saya jumpai gravity dari kelompok supporter setempat.. :D
Begitu tiba di area stadion, sudah tampak beberapa penjaja tiket pertandingan sore nanti yang berada di pinggir jalan menuju stadion. Area stadion Petrokimia Gresik atau yang biasa dikenal juga dengan stadion Tri Dharma Gresik merupakan sebuah komplek gedung olahraga serbaguna milik perusahaan pupuk PT. Petrokimia Gresik dengan kapasitas sekitar 30.000 orang. Stadion ini merupakan markas dari klub Persatuan Sepak Bola Gresik (PERSEGRES) atau yang biasa disebut Gresik United (GU). Suasana di kawasan stadion juga sangat rindang dengan pohon-pohon besar yang mengelilingi komplek gedung olahraga ini. Sementara di area loket, siang ini tampak sudah mulai dikunjungi warga masyarakat Gresik yang ingin menyaksikan pertandingan sore nanti.
Bangunan Stadion sendiri terletak di bagian belakang yang terpisah dari gedung serbaguna Tri Dharma, untuk tribun, stadion ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan beberapa stadion di daerah dengan pagar pembatas yang cukup rendah, hanya sekitar 2 meter saja. sementara di tribun VIP di sisi barat tertutup dengan canopy besar, sedangkan tribun disisi utara, timur dan selatan merupakan tribun terbuka dan tampak dibagian atasnya berjejer pohon-pohon besar sehingga tampak rindang pada bagian atas tribun. didalam stadion sudah tampak beberapa spanduk besar milik rekan-rekan Ultras Gresik yang nampaknya telah dipasang di pagar tribun sisi utara dan selatan sejak pagi tadi.
Setelah dirasa cukup berkunjung ke kompleks Tri Dharma, Saya kembali ke homebase untuk bersiap memberikan dukungan kepada tim Persija dalam pertandingan sore nanti, setelah tiba di homebase, bersama rekan Fahri dan kawan-kawan lainnya dari Ultras Gresik, Saya berkoordinasi untuk rencana kepulangan ke Jakarta setelah pertandingan usai nantinya, antisipasi kepadatan lalulintas dan moda transportasi yang akan digunakan juga menjadi bahan perhatian dalam koordinasi ini dan tak lupa, ini dia yang menjadi tradisi rekan-rekan belakangan ini jika melakukan tour ke daerah, membeli oleh-oleh.. :D Untuk urusan ini, rekan Inaa yang menjadi koordinatornya, dengan cekatan Inaa mendata siapa & berapa jumlah pesanan yang diminta rekan-rekan lainnya. Oleh-oleh kali ini berupa Jubung dan otak-otak ikan Bandeng.. :)sementara yang lainnya tampak mempersiapkan diri menjelang pertandingan, termasuk atribut “Giant Banner” Persija yang rencananya akan dibentangkan nanti di stadion. Sedangkan untuk tiket pertandingan, rekan Sontonk sudah sangat rapih berkoordinasi dengan rekan Alfa, sehingga tiket pertandingan sudah didapatkan dari semalam.
Menjelang pukul 14.00 WIB Saya bersama rekan-rekan lainnya mulai meninggalkan homebase untuk menuju stadion, sementara Giant Banner Persija dibawa oleh rekan Ari Prakoso bersama rekan Fahri dari Ultras Gresik dengan menggunakan sepeda motor. Tiba di stadion berbarengan juga dengan tibanya bus yang membawa pemain Persija dari Surabaya sehingga rekan-rekan lainnya langsung bergerak kearah bus untuk menyambut pemain bersama rekan-rekan Jakmania lainnya yang telah juga berada di area stadion.
Suasana didalam stadion belumlah begitu ramai ketika Saya masuk kedalamnya, sempat juga bertemu rekan Veeola dan rekan Hanif serta Bapak Ferry Paulus (Ketua Umum Persija) di lorong menuju lapangan. Setelah melewati lorong dan berkoordinasi dengan Panpel setempat untuk ijin khusus liputan foto, Saya bertemu dengan Bung Ferry yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Tim (Sektim) Persija Jakarta ketika akan keluar menuju lapangan dan Bung Ferry sempat melakukan obrolan singkat yang menarik dengan Saya waktu itu.. :) . Dari pinggir lapangan, beberapa spanduk dari kedua kelompok supporter telah berjejer rapi dipinggir pagar pembatas tribun disisi utara, barat & timur.
Beruntungnya, di partai away kali ini Saya dapat menyaksikan sesi pemanasan oleh para pemain Persija, karena biasanya Saya selalu saja tiba didalam stadion beberapa saat sebelum kickoff akibat berbagai penyebab.. :) para pemain Persija menggunakan jersey berwarna putih ketika masuk kedalam lapangan untuk sesi pemanasan yang langsung disambut dengan meriah oleh rekan-rekan Jakmania dari tribun sektor 6 di sisi selatan serta para penonton yang berada di tribun VIP di sisi barat. Sebagian rekan-rekan juga tampak memberikan semangat untuk para pemain dengan mengibarkan bendera Persija yang disambut dengan “applause” oleh beberapa pemain Persija.
Penonton perlahan-lahan memenuhi tribun stadion, tidak terlalu lama berselang tribun telah didominasi oleh warna kuning sebagai warna khas dari tim Gresik United. Pihak panpel juga tampak telah bersiap menggelar pertandingan ini. MC berkali-kali mengumumkan melalui pengeras suara di stadion bahwa pertandingan ini merupakan partai prestisius karena lawan mereka kali ini adalah tim Ibukota Persija Jakarta yang saat ini berada di papan atas klasemen ISL 2011-12 sambil sesekali memancing responds dari para supporter tuan rumah untuk memberikan applause bagi tim tuan rumah.. Good Job.. :)
Setelah segalanya dianggap telah siap oleh pihak Panpel, seperti biasanya, lagu pembuka “FIFA Fair Play Anthem” sebagai penanda dimulainya laga ISL dikumandangkan ke seantero penjuru stadion melalui pengeras suara yang telah tersedia. Para pemain keluar dengan berbaris rapi dari lorong bawah tribun VIP menuju lapangan. Sementara suasana di tribun tampak antusias menyambut tim kebanggaan masing-masing masuk kedalam lapangan. Di tribun supporter Persija tampak banner raksasa berlambang Persija naik secara perlahan hingga pada akhirnya menutupi tribun sektor 6 yang didominasi oleh warna oranye sebagai warna kebanggan tim Persija Jakarta. Setelah “Coin Toss” dilakukan, pertandinganpun dimulai.
Kalau melihat hasil akhir dari pertandingan ini, jelas mengecewakan bagi Saya dan seluruh pecinta Persija pastinya. Gresik United sukses mengungguli Persija di pertandingan ini dengan skor 2-0 melalui gol Gaston Castano (’56) melalui titik pinalti & Rachmad Rivai (’88). Saya sendiri enggan mengomentari kinerja wasit di pertandingan ini, karena memang kenyataannya ada beberapa peluang yang gagal dimanfaatkan menjadi gol oleh para pemain Persija. Lepas dari itu semua. Saya pribadi tetap menghargai kerja keras para pemain dalam pertandingan ini
Apapun hasilnya, selalu menarik mengamati suasana di tribun. Ada yang sedih, gembira, terharu, bangga, semuanya dikondisikan dengan situasi yang ada di lapangan. Di tribun selatan yang ditempati supporter Persija, pada pembukaan babak kedua tampil atraktif dengan aksi koreografi kertasnya yang disandingkan dengan Giant Banner Persija milik rekan-rekan JaKantor Community (JC) yang sangat serasi bersanding dengan aksi koreo kertas disampingnya, moment yang sayang untuk dilewati.. :)   Sementara di tribun supporter Gresik United juga tidak mau kalah dengan memainkan koreo kertas berwarna biru muda, mereka juga pantas dengan bangga mengibarkan bendera-bendera kebesaran mereka yang disertai pesta flare, Saya mencatat mereka juga menyalakan “red hand rocket” di tribun selatan setelah unggul 1-0 atas tim tamu. Sementara aksi parade flare di tribun supporter Persija diakhir pertandingan, Saya sepakat dengan rekan Joy yang menyatakan ini adalah parade flare yang paling berantakan dari yang pernah dilakukan oleh rekan-rekan JC sebelumnya.. :D
Sebenarnya disaat pertandingan berlangsung di babak kedua, terjadi provokasi dari beberapa oknum yang diduga bukan berasal dari kelompok supporter Gresik yang melempari batu-batu kedalam tribun supporter Persija dari luar stadion, tercatat beberapa kali aksi provokasi ini berlangsung dan diresponds oleh rekan-rekan dengan melempari kembali batu-batu tersebut kearah mereka. Namun secara umum situasi dapat dikendalikan dengan baik hingga akhir pertandingan. etelah pertandingan rombongan supporter Persija diarahkan untuk keluar melalui pintu barat setelah semua supporter Gresik keluar dari stadion terlebih dulu. Saya dan beberapa rekan juga sempat tertahan beberapa lama di area luar stadion akibat adanya isu sweeping oleh kelompok suporter tertentu. Namun mengingat harus mengejar waktu untuk menuju kembali ke Jakarta melalui kota Surabaya, pada akhirnya Saya dan rekan-rekan semua tetap berjalan keluar stadion menuju homebase dengan ditemani beberapa rekan dari Ultras Gresik.
Setiba di homebase, ternyata kendaraan yang awalnya sudah dipesan untuk mengangkut Saya dan rekan-rekan ke Surabaya membatalkan perjanjian untuk mengantar ke Surabaya dengan berbagai alasan. Malam ini memang berbarengan dengan baru selesainya pertandingan LPI antara Persebaya vs Persema di Surabaya.. :) rencananya memang kendaraan tersebut awalnya diplot untuk mengantar ke Stasiun Pasar Turi dan Bandara Juanda di Surabaya, karena waktu yang semakin mepet, pada akhirnya diputuskan untuk memecah rombongan ke Surabaya dengan menggunakan 3 unit taksi. Saya bersama rekan Arjunz menggunakan satu taksi menuju Bandara Juanda untuk kembali ke Jakarta dengan menggunakan pesawat udara, sementara dua unit taksi digunakan rekan Joy, Opan, Boby, Ariz, Icha, Arie, Dedi, Junot & Ari Prakoso menuju stasiun Pasar Turi Surabaya yang akan kembali ke Jakarta dengan KA. Argo Bromo Anggrek. Sementara rekan Sontonk, Amie, Ryan, Sapari, Lionel & Inaa baru akan kembali ke Jakarta keesokan harinya. pada away kali ini memang hanya JC yang stay di Gresik, sementara rombongan The Jakmania memilih untuk stay di kota Lamongan.
Dikarenakan beda pesawat, Saya dan Arjunz berpisah saat melakukan boarding pass di Bandara Juanda, Arjunz di gate 4 dan Saya di gate 8. Ketika menunggu pesawat di gate 8, entah kenapa begitu saja saya iseng menulis status di Blackberry dengan status singkat “GA333 Semoga Tidak Delay”. Selang beberapa lama kemudian rekan Veeola meresponds status Saya dengan menanyakan waktu Takeoff pesawat, tak lama kemudian L23S juga menanyakan posisi Saya di Bandara.. Dan ternyata malam itu rekan Hanif bersama L23S dan B20P juga kembali ke Jakarta dengan pesawat yang sama dengan Saya.. :) Pesawat takeoff sesuai dengan schedule dan mendarat di bandara Soekarno Hatta, sekitar pukul 23.30 WIB. L23S yang jalannya terpincang-pincang akibat terkena hantaman pemain Gresik United di pertandingan tadi sore, mengajak Saya untuk satu taksi kembali ke rumah, karena memang kebetulan routenya searah, sempat mampir sebentar ke angkringan di Tanjung Duren untuk menikmati kopi untuk selanjutnya kembali ke rumah masing-masing.
Kunjungan yang singkat ke Gresik, datang pagi hari dan kembali malam harinya setelah selesai pertandingan..  namun berkesan.. Terimakasih untuk rekan Alfa & Keluarga, Fahri dan rekan-rekan Ultras Gresik yang telah membantu Saya dan rekan-rekan selama berada di Gresik..