Senin, 25 Mei 2015

GU kalah, Ultras dikhianati

Rabu, 16 Desember 2009

GU kalah, Ultras dikhianati

Tim Gresik United kembali tidak bisa memenangkan laga away diluar kandang tepatnya di Sidoarjo melawan Delta Putra Sidoarjo pada lanjutan Liga Indonesia Divisi Utama Kemarin Sore ( 16/12/09 ).
Diperkuat dua pemain yang baru sembuh dari cedera, M. Khusen dan Fachruddin, Deltras tampil dominan. Sepanjang 45 menit pertama, pertahanan GU dipaksa bekerja keras. Basuki dkk tak berhasil mendekati gawang tuan rumah yang dikawal Dwi Kuswanto.
Namun, Deltras sulit membongkar rapatnya barisan pertahanan Gresik United yang dimotori Bernard Mamadou. Absennya gelandang Sackie Doe yang masih cedera membuat serangan tuan rumah monoton.Masuknya Satyo membuat serangan Deltras makin bervariasi. Tuan rumah kian gencar menyerang.
Puncaknya terjadi pada menit ke-60. Deltras mendapatkan hadiah free kick setelah Kaimu diganjal oleh salah seorang pemain GU. Fachruddin, yang menjadi eksekutor free kickmengirim umpan matang ke kotak penalti GU. Umpan tersebut mampu ditanduk Kaimu dan menjadi gol.
Gol kedua Deltras juga berawal dari pelanggaran di barisan pertahanan GU. Menerima sodoran dari bola mati, Fery Aman Saragih berhasil membawa bola ke dalam kotak penalti. Dia melewati dua pemain lawan dan mengirimkan umpan matang yang tidak disia-siakan Satyo.
Sasi Kirono, pelatih GU, menyayangkan kepemimpinan wasit yang kerap merugikan timnya. "Saya tidak mau komentar banyak. Anda bisa nilai sendiri," cetus dia.
Dilain pihak superter Gresik United ( Ultras Mania ) yang notabennya adalah saudara tua dari suporter Deltras ( Delta Mania ) mendapatkan sambutan yang sangat dingin dari para suporter Deltras.
Puncaknya berawal dari nyanyian Ultras Mania yang berisi pertanyaan kabar "piye... piye... piye kabare... piye kabare Delta Mania...", malah tidak direspons oleh Delta Mania, sebaliknya Delta Mania malah membalas nyayian tersebut dengan nyanyian yang berisi meledek dan menyakitkan.
Alhasil setelah pertandingan berakhir, para suporter Gresik United dihujani batu oleh para suporter Deltras. Untungnya pihak keamanan sigap dalam menanggapi tersebut, selama perjalanan pulang para suporter GU dikawal oleh Polisi. ( soed )

Liga Indonesia Bank Mandiri 2003 PERSIK KEDIRI VINI VIDI VICI Nurdin Halid Ketua Umum 2003 - 2007

Minggu, 01 Desember 2013

Liga Indonesia Bank Mandiri 2003 PERSIK KEDIRI VINI VIDI VICI Nurdin Halid Ketua Umum 2003 - 2007



SUNGGUH memasuki lembaran yang cantik bagi sepak bola nasional. Karena untuk pertama kalinya, Agum Gumelar memberi nuansa yang sangat sehat dalam membangun sepak bola nasional. Setelah melakukan perdebatan panjang dan melelahkan. Kompetisi Liga Indonesia 2003, berlangsung melalui kompetisi penuh. 

Artinya, tidak lagi ada partai final, yang selalu berdampak jelek. Karena setiap ada partai menuju final, selalu dipenuhi pesta tawuran atau kerusuhan dan juga dipastikan merusak ruang-ruang publil milik masyarakat. Terobosan yang dilakukan Agum, sebenarnya, akibat akumulasi yang berkepanjangan, di mana setiap kompetisi sejak ‘perkawinan’ Galatama dan Perserikatan dilakukan melalui partai 8 Besar atau 12 Besar, semi final hingga partai puncak – final. Agum pantas diacungi jempol.

Seperti sudah menjadi tradisi, bahwa pertandingan perdana selalu akan dimainkan oleh sang juara bertahan. Tim Petrokimia Gresik diawal partai mampu memenuhi ambisinya menundukkan tim tamu, PSIS Semarang, 2-0 (1-0), dalam pertandingan perdana Liga Bank Mandiri 2003 (IX) di Stadion Petrokimia Gresik, Minggu 12 Januari. Kemenangan tim yang berjuluk "Kebo Giras" itu diciptakan lewat duet striker, Jainal Ichwan di menit ke-16 dan sundulan Widodo C Putra di menit ke-55.

Ada yang terasa unik dalam kompetisi Liga Indonesia 2003 ini yaitu hadirnya Persik Kediri. Tim ‘kampung’ ini sebetulnya tim promosi, setelah meraih gelar juara Divisi Satu musim 2002. Tampil sebagai pendatang baru di kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia musim 2003, target utama Persik Kediri pun tidak muluk-muluk. Jangan sampai kecebur kena degradasi atau istilahnya hanya numpang lewat di Divisi Utama.

Karena tim berjuluk ‘Macan Putih’ ini sadar betul, banyak tim kuat yang memiliki peluang lebih besar untuk mendapat takhta juara Liga Bank Mandiri 2003. Menjelang akhir perjalanan, ketika kemenangan demi kemenangan dicapai dan posisi puncak klasemen bisa diraih, target pun berubah. Tidak tanggung-tanggung pula, tim yang tidak pernah terkalahkan saat main di kandang ini mencanangkan gelar juara sebagai targetnya. Bahkan, diam-diam seperti menyimpan ‘Napolean Bonaparte’ yang terkenal dengan istilah Vini, Vidi, Vici yang artinya, Datang, Bertanding dan Juara.

Dengan modal kekompakan seluruh anggota tim, gelar yang diidam-idamkan itu akhirnya diperoleh hari Rabu, 10 September, ketika Persik mencatat kemenangan penting dengan mengalahkan Persib Bandung, 4-0. Sukses atas Persib juga mengantar tim tersebut menjadi juara Liga Bank Mandiri 2003.

Bagi Persikmania, kemenangan menjadi sangat berarti karena diraih di kandang sendiri, Stadion Brawijaya, Kediri, Jawa Timur. Tidak ayal lagi pesta pora pun berlangsung di stadion begitu gelar juara dipastikan direbut. Sekitar 30.000 Persikmania yang menyaksikan langsung jalannya pertandingan di stadion tumpah ruah merayakan kegembiraan mereka di lapangan, di jalanan, dan seputar kota.

Di ruang ganti pemain, kapten tim Harianto, striker Musikan, Bamidele Frank Bob Manuel, dan kawan-kawan merayakan kegembiraan itu dengan saling menyiramkan air bersama sang pelatih Jaya Hartono, Ketua Umum HA Maschut, dan ofisial lainnya.

“Jangankan meraih gelar juara, membayangkannya saja saya tidak berani. Kami ini, kan, tim dari kampung. Tidak berani jika harus bersaing dengan tim-tim besar, seperti Persija Jakarta, PSM Makassar, dan Persita Tangerang," kata Jaya Hartono berkomentar soal gelar juara yang diraih timnya.

Memang, tidak ada yang menduga jika akhirnya tim "kampung" dari sebuah kota kecil di arah selatan Jawa Timur dengan luas sekitar 63,4 kilometer persegi itu akhirnya bisa menjadi juara Divisi Utama pada penampilan di musim pertamanya. Bahkan, klub besar seperti Persija Jakarta, PSM Makassar, dan Persita Tangerang tak mampu melakukannya, kecuali Persib Bandung. Itu pun dilakukan Persib hanya karena Liga Indonesia baru dilaksanakan pada pertama kalinya tahun 1995.

Status tim dengan warna seragam kebanggaan ungu-ungu sebagai tim kampung ini diakui secara blak-blakan oleh mantan bek kiri tim nasional Jaya hartono. "Kami memang tim kampung, tidak memiliki pemain-pemain bintang. Pernah pula suatu waktu para pemain merasa minder jika harus berhadapan dengan tim besar di sebuah stadion yang cukup ternama," papar Jaya Hartono.

PADA awal-awal keberadaannya, kiprah Persik yang berdiri tahun 1961 di dunia sepakbola hanya terbatas di pentas daerah, baik di wilayah Kediri maupun di Jawa Timur. Baru tahun 2001 Persik tampil di Divisi I Liga Indonesia setelah tahun sebelumnya bersaing di Divisi II. Penampilan cemerlang para pemainnya menjadikan kiprah klub ini tidak terlalu lama bersaing di Divisi I. Tahun 2002 Persik menjuarai Divisi I, yang merupakan tiket bagi mereka untuk berlaga di Divisi Utama.

Fenomena yang sudah diancang-ancang oleh kubu Persik Kediri adalah, agar mempersiapkan timnya yang benar-benar matang, agar tidak mengulang tim juara, kembali kena degradasi seperti yang pernah terjadi sebelumnya pada Persebaya Surabaya, PSIS Semarang, dan terakhir pada Petrokimia Putra Gresik.a)

Setelah persik Kediri juara. Komunitas sepakbola terutama pemilik klub dibuat gerah oleh manajemen PSSI. Jika secara teknis Agum Gumelar dinilai sangat sukses dan hebat saat memutuskan satu wilayah dengan sistem home and away, dan tak ada partai final. Namun, untuk urusan administrasi kepengurusan Agum Gumelar masih jeblok alias semrawut. Terutama soal pembagian jatah subsidi dari Bank Mandiri.

Klub-klub peserta kompetisi Liga Bank Mandiri 2003, menagih PSSI untuk segera melunasi utang subsidi yang mereka janjikan. Hal itu mereka sampaikan berkaitan dengan telah berakhirnya kompetisi pada pertengahan September lalu. Beberapa klub yang menyatakan bahwa subsidi yang dijanjikan PSSI belum sepenuhnya diterima adalah Persib Bandung, Barito Putra Banjarmasin, dan PSM Makassar. Dalam pernyataannya, Barito bahkan mendesak agar PSSI diaudit oleh lembaga independen.

Dari kubu Persib berteriak, dari sekitar Rp 300 juta subsidi yang dijanjikan PSSI di awal musim kompetisi, Persib baru menerima Rp 150 juta. Dari Kalimantan, Manajer Barito Putra Tomy Soekamto berharap, kekurangan dana Rp 205 juta yang belum dibayar PSSI pada Barito segera dilunasi sebelum kongres PSSI ke-33 yang berlangsung 19-21 Oktober. 

Pada musim 2003, Barito mendapat jatah subsidi sebesar Rp 425 juta. Namun, hingga kompetisi berakhir mereka baru menerima Rp 220 juta. Di samping utang Rp 205 juta pada musim kompetisi 2003, PSSI rupanya masih memiliki tunggakan Rp 40 juta kepada Barito untuk musim 2002. Dari PSM Makassar, Manajer PSM Sadikin Aksa menyatakan, pihaknya akan menagih utang PSSI itu secara tertulis. Karena ternyata PSSI masih mempunyai utang sekitar Rp 130 juta dari Rp 450 juta yang dijanjikan.

Atas tagihan peserta liga Indonesia, Sekretaris Jenderal PSSI Tri Goestoro menyatakan, PSSI tengah memproses pengambilan subsidi dari Bank Mandiri. "Sebab, sesuai kesepakatan, subsidi baru cair setelah kami mengirimkan laporan kepada mereka seusai kompetisi. Laporannya pun sudah kami buat," ujar Tri Goestoro

Subsidi yang diberikan pada klub adalah bagian dari dana yang diberikan Bank Mandiri kepada PSSI sebesar Rp 25 miliar. Sebelum kompetisi dimulai, Bendahara PSSI Irawadi Hanafi mengatakan, dana tersebut diberikan kepada tim peserta LBM dengan jumlah yang berbeda-beda. Tim di wilayah Jawa-Bali mendapat dana subsidi uang transport Rp 375 juta, wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi mendapat Rp 400 juta, dan dari Papua mendapat Rp 1,2 miliar.

Ribut-ribut masalah subsidi klub dari PSSI, di musim 2003 ini ditutup dengan kemenangan Nurdin Halid, saat terpilih menjadi Ketua Umum PSSI periode 2003-2007, menggantikan Agum Gumelar. Terpilihnya Nurdin sebagai ketua umum baru ini dipastikan setelah dia mengalahkan dua kandidat lainnya, Jacob Nuwa Wea dan Sumaryoto, dalam sebuah pemungutan suara tertutup pada Kongres Ke-33 PSSI, Selasa 21 Oktober 2003, di Hotel Indonesia, Jakarta.

Kemenangan Nurdin yang lahir di Bone, Sulawesi Selatan, 17 November 1958, ini diperoleh dalam pemungutan suara yang dilangsungkan dalam dua tahap. Pada tahap pertama, pukul 19.00-22.00, suara yang diperoleh Nurdin kalah tipis dari suara yang diperoleh Nuwa Wea. Dalam tahap pertama ini, Nurdin mendapat 131 suara, sedangkan Nuwa Wea memperoleh 134 suara. Kandidat lainnya, Sumaryoto, memperoleh 88 suara.

Oleh karena tidak ada satu kandidat pun yang memperoleh 50 persen ditambah satu suara, dari jumlah 359 anggota PSSI yang memiliki hak suara, pemilihan dilanjutkan pada tahap kedua. Pada tahap ini, Nuwa Wea dan Nurdin, dua calon yang memperoleh suara terbanyak, berhak dipilih lagi oleh peserta kongres yang hadir dari seluruh Indonesia. Calon lainnya, Sumaryoto, yang memiliki jumlah suara terkecil dinyatakan gugur. Pada tahap kedua, yang dimulai sekitar pukul 22.30, Nurdin unggul dengan memperoleh 183 suara, sedangkan Nuwa Wea memperoleh 167 suara. Satu suara lain, dalam pemungutan suara tahap kedua ini, abstain.


1.Persik Kediri 38 18 13 7 72-32 67 
2.PSM Makassar 38 18 8 12 68-48 62 
3.Persita Tangerang 38 16 14 8 47-33 62
4.PSS Sleman 38 16 12 10 48-43 60
5.Persipura Jayapura 38 17 7 14 66-51 58
6.Persikota Tangerang38 16 10 12 59-45 58
7.Persija Jakarta 38 15 10 13 59-46 55
8.Semen Padang 38 15 10 13 44-54 55
9.PSPS Pekanbaru 38 14 12 12 49-46 54
10.PKT Bontang 38 16 5 17 49-49 53
11.Persijatim Solo FC 38 14 11 13 47-47 53 
12.Deltras Sidoarjo 38 14 9 15 49-55 51 
13.PSIS Semarang 38 14 8 16 43-45 50
14.Pelita KS Cilegon 38 15 5 18 48-56 50
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
15.Perseden Denpasar 38 14 6 18 46-56 48 Playoff
16.Persib Bandung 38 12 9 17 35-48 45 Playoff
----------------------------------------------------------
17.Arema Malang 38 11 11 16 39-59 44 
18.Petrokimia Gresik 38 11 9 18 52-72 42 
19.PSDS 38 11 8 19 43-56 41 
20.Barito Banjarmasin 38 9 11 18 30-52 38 

TOPSKOR
31 Oscar Aravena (PSM Makassar)
29 Bamidelle Frank Bob Manuel (Persik Kediri) 
27 Christian Gonzalez (PSM Makassar)
24 Bambang Pamungkas (Persija Jakarta) 
21 Marcelo Braga (PSS Sleman), Musikan (Persik Kediri)
20 Camara Fode (PKT Bontang)
19 Budi Sudarsono (Deltras Sidoarjo)
18 Gendut Doni (Persikota Tangerang)
16 Kurniawan D.Y. (PSPS Pekanbaru), Julio Lopez (PSIS Semarang), Francis Yonga (Persikota Tangerang)
15 Ilham Jayakesuma (Persita Tangarng) 

PEMAIN TERBAIK
Musikan (Persik Kediri)

PELATIH TERBAIK
Jaya Hartono (Persik Kediri)

PLAFOFF
Persib Bandung, Persela Lamongan

DEGRADASI
Arema Malang, Petro Kimia Gresik, PSDS Lubuk Pakam, Barito Putra Samarinda

PROMOSI
Persebaya Surabaya, PSMS Medan

HADIAH
Persik Kediri Rp 500 juta
PSM Makassar Rp 250 juta
Pemain terbaik Rp 60 juta
Topskor Rp 50 dan Sepatu Emas


 Disadur Dari :  https://www.facebook.com/pages/Cocomeo-News/147995238566016 ( Thanks om Toro)

GRESIK UNITED Vs Persibo di Copa Indonesia

Kumpulan Foto Pertandingan GU Vs Persibo di Copa Indonesia

    
 
   

     

SKOR AKHIR GU (3) - PERSIBO (1)
(AGREGAT 3 - 2)

GU AKHIRNYA LOLOS KE BABAK 16 BESAR
SELAMAT......
 
http://gresikunited.blogspot.com/2007_06_01_archive.html

Liga Indonesia 1997 – 1998 KARUT MARUT, SUAP, KOLUSI dan AMBURADUL Kompetisi Dihentikan Demi Keamanan Negara

Rabu, 18 Desember 2013

Liga Indonesia 1997 – 1998 KARUT MARUT, SUAP, KOLUSI dan AMBURADUL Kompetisi Dihentikan Demi Keamanan Negara

BEGINILAH judul tulisan musim keempat ini, harus dijadikan julul headline. Begitupula, peristiwa demi peristiwa yang memalukan hadir dengan sangat terbuka. Skandal kolusi wasit dan mengatur skor di setiap pertandingan, tak pernah berhenti. Puncaknya, setelah wasit Djafar Umar dihukum seumur hidup, terjadi ‘tragedi berdarah’ bangsa Indonesia.

Peristiwa tragis pertama, Liga Indonesia 1997-98 diawali dengan tidak ikut sertanya dua klub Bandung Raya dan Assyabaab Surabaya. Menurut Sekum PSSI, Nugraha Besoes, kedua tim ini tidak ikut kompetisi karena kehabisan dana untuk membiayai timnya. Terus masalah kedua, PT Cipta Citra mengundurkan diri dari kerjasama dengan PSSI yang seharusnya berlangsung delapan musim. 

“Kami tak lagi disupport pihak Dunhill dan Kansas, dan kami kesulitan mendapatkan sponsor baru,” ujar Direktur Utama PT Cipta Citra Sports, Jeanette Sudjunadi.

Ketua Bidang Usaha yang juga Wakil Bendahara PSSI, Andy Soema Di Pradja menjelaskan tentang nasib Liga Indonesia musim 1997-98. Merasa mengikuti proses pencarian sponsor, dirinya mengerti Jeanette Sudjunadin, Direktur Utama CCS sudah berusaha keras untuk mendapatkan sponsor dari LI IV ini. Seharusnya pihak sponsor Dji Sam Soe sudah sepakat untuk mensponsori, namun mendadak kondisi ekonomi di mana nilai tukar dollar AS melonjak hingga di atas Rp 8.000, membuat semua perusahaan terpaksa menunda kontraknya. 

Peristiwa tragis ketiga, setelah delapan partai perdana serentak digulirkan di Liga Indonesia 1997-98, di mana juara bertahan Persebaya ditahan imbang 0 – 0 atas tamunya Arema Malang. Terjadilah banyak hal yang menyangkut masalah wasit dalam memipin pertandingan, namun juga ikut terlibat dalam menentukan hasil pertandingan di luar lapangan, alais kolusi alias suap menyuap.

Menurut para wasit yang memimpin pertandingan, citra dan mutu wasit yang memimpin setiap pertandingan dengan cara-cara kolusi dan menyuap sudah berlangsung sejak tahun 90-an.

Sinyalemen tentang adanya kolusi dan mafia wasit sepak bola makin kuat, menyusul diperoleh informasi yang menyebutkan beberapa wasit daerah sering mentransfer uang ke rekening bank seorang oknum pengurus PSSI di Jakarta. Tujuannya, agar wasit yang bersangkutan bisa lebih banyak mendapat kesempatan memimpin pertandingan selain agar lebih cepat dipromosikan menjadi wasit FIFA.

Ketua Komisi Wasit dan Inspektur Pertandingan PSSI, Amran YS tidak membantah kemungkinan itu. "Dalam urusan itulah saya dating ke Medan. Dalam hal ini, beberapa wasit daerah yang saya "interogasi" telah mengakuinya. Namun yang bersangkutan berdalih, uang itu bukan untuk keperluan negatif, tapi untuk memesan atau
membeli baju wasit," kata Amran YS saat itu.

Dari hasil penyelidikan yang mencoreng wajah sepakbola nasional selama sebulan, diputuskan PSSI mengambil tindakan tegas dengan mengganjar hukuman 20 tahun 
kepada Wakil Ketua Komisi Wasit PSSI, Djafar Umar dan memberhentikan secara tidak hormat dari jabatannya, menyusul kasus kolusi wasit yang terkuak dalam tiga pekan terakhir ini. Djafar selanjutnya dilarang terlibat dalam segala kegiatan sepak bola di lingkungan PSSI. Sanksi untuk mantan wasit FIFA ini tertuang dalam Surat Keputusan PSSI, nomor Skep/ 06/II/1998 tertanggal 27 Februari 1998 yang ditandatangani Ketua Umum PSSI Ir Azwar Anas dan Sekum Nugraha Besoes.

"Saya kira tidak adil kalau hanya Djafar yang dijadikan korban. Rasanya semua pihak yang pernah terlibat secara langsung mau pun tidak langsung dengan kesalahan yang dilakukan Djafar, baik itu wasit, inspektur pertandingan, maupun pembina, seharusnya mau merenung dan introspeksi diri bahwa mereka ikut bersalah dalam menciptakan keadaan ini dan kini ternyata hanya Djafar seorang yang menjadi korban," ujar 
Andi Darussalam Ketua Umum PS Jakarta Selatan. 

Peristiwa tragis keempat, adalah diberhentikannya kompetisi saat musim berlangsung. Berawal saat Kapolda Jatim Mayjen (Pol) M Dayat membatalkan pertandingan antara Persebaya vs PSBL Bandarlampung 13 Mei, karena situasi keamanan di Surabaya tidak memungkinkan. Berikutnya, Arema Malang vs Semen Padang di Stadion Gajayana Malang, serta di Gresik Petrokimia vs PSM Ujungpandang. Dari Yogyakarta dilaporkan, Minggu 17 Mei juga dibatalkan partai PSIM Jogyakarta vs PSMS Medan. 

Adalah komentar dari manajer Pelita Jakarta, Nurdin Halid, yang mula-mula "meledakkan" ide penangguhan kompetisi karena situasi sosial dan keamanan tidak memungkinkan saat itu. Nurdin menggarisbawahi, sepak bola saat ini sudah dipakai sebagai ajang kerusuhan. 

PSSI akhirnya menghentikan total seluruh kompetisi sepakbola di bawah naungannya menyusul belum pulihnya kondisi stabilitas politik dan keamanan di Tanah Air. Keputusan ini diambil setelah pengurus teras PSSI mencapai kesepakatan dengan para pengurus klub dan Komisariat Daerah (Komda) PSSI, Senin 25 Mei di Jakarta. Menurut Sekum PSSI Nugraha Besoes, keputusan menghentikan total kegiatan kompetisi ini diambil setelah menimbang segala aspek, baik segi pembinaan sepakbola secara umum dan terutama aspek keamanan nasional yang belum pulih sepenuhnya. 

Akibat situasi keamanan nasional yang makin memburuk, PSSI akhirnya menunda dan membatalkan seluruh kegiatan kompetisi sepak bola nasional. Kompetisi yang ditunda antara lain Liga Indonesia IV dan kompetisi Divisi I PSSI, serta Piala Nike. Selain itu, Indonesia juga membatalkan diri sebagai tuan rumah Piala Tiger yang sedianya akan digelar bulan Agustus-September, di Jakarta. 
Humas PSSI Tondo Widodo, Kamis,14 Mei 1998 di Jakarta mengungkapkan, keputusan tersebut diambil setelah serangkaian pembicaraan antara Ketua Umum PSSI Azwar Anas dan Kepala Staf Umum ABRI Letjen TNI Fachrul Razi yang berlangsung hari Rabu, 13 Mei. 
Mengutip Azwar, Tondo mengatakan, pertimbangan utama keputusan itu adalah situasi keamanan yang belum terkendali saat ini dan dikhawatirkan akan makin besar jika kompetisi yang memungkinan konsentrasi massa, masih berlangsung. "Ini semua demi kepentingan bangsa yang lebih luas," kata Tondo. 

Dari lengsernya Soeharto sebagai presiden, ikut serta pula menyusul dihentikannya seluruh kompetisi, nasib klub-klub anggota Liga Indonesia 1997-98, makin tidak menentu. Akhirnya, Klub Arseto Solo milik Sigit Harjojudanto, bahkan memutuskan membubarkan diri. Melalui rapat pengurusnya di Jakarta hari Kamis 28 Mei 1998, Arseto 
yang merupakan salah satu klub perintis liga sepak bola profesional Galatama yang bermarkas di Solo, resmi dinyatakan bubar. 

Wilayah Barat
1.Persebaya 14 8 4 2 17- 8 28 
2.Persija 15 8 3 4 26-15 27 
3.Persiraja 15 7 5 3 21-17 26 
4.Persita 15 7 3 5 22-15 24 
-------------------------------------------
5.PSBL 15 5 6 4 21-23 21 
6.Arema 14 4 6 4 9- 9 18 
7.Persikabo 15 5 2 8 17-21 17 
8.Persikab 15 5 2 8 12-19 17 
9.Semen Padang 15 4 3 8 11-18 15 
10.Medan Jaya 15 3 2 10 13-24 11 
Topscorer : Widodo C. Putra 10 gol

Wilayah Tengah
1.PSMS 16 9 4 3 28-15 31 
2.Pelita Jakarta 14 8 3 3 36-12 27 
3.Persikota 15 8 3 4 22-17 27 
4.Barito Putra 17 6 6 5 17-16 24 
------------------------------------------
5.Persib 15 6 4 5 14- 8 22 
6.PSIS 16 4 8 4 17-24 20 
7.PSB 15 5 4 6 12-15 19 
8.PSDS 15 6 0 9 14-25 18 
9.PSP 16 3 7 6 14-22 16 
10.PSIM 15 3 5 7 10-24 14 
11.Arseto 14 3 2 9 10-16 11 
Topscorer : Kurniawan DY 20 goals 



Wilayah Timur
1.PSM 15 9 3 3 33- 8 30 
2.Persma 15 6 6 3 17-10 24 
3.Gelora Dewata 15 6 5 4 16-16 23 
4.Putra Samarinda 15 6 4 5 11-15 22 
------------------------------------------
5.Persema 15 6 4 5 14-20 22 
6.Mitra Surabaya 15 5 4 6 17-15 19 
7.Persipura 16 4 6 6 24-23 18 
8.Pupuk Kaltim 15 5 3 7 17-23 18 
9.Petrokimia Putra 14 4 4 6 9-18 16 
10.Persiba 15 3 3 9 12-22 12 
Topscorer : Izack Fatary 9 goals

Sumber : https://www.facebook.com/pages/Cocomeo-News/147995238566016

skuad GRESIK UNITED 2014-2015

PemainKebangsaanPosisiUsiaPertandingan




 22M. Ridwan
Penjaga gawang24300100
 45A. Saka
Penjaga gawang24000000
 12B. Anggara
Penjaga gawang24000000
 27K. Khoirul
Pemain bertahan28100000
 3L. Bastian
Pemain bertahan30000000
 15K. Syukron
Pemain bertahan27000000
 89I. Hasanudin
Pemain bertahan28000000
 5M. Rifki
Pemain bertahan22300000
 47A. Wiantara
Pemain bertahan22000000
 54W. Widhistio
Pemain bertahan23000000
 55S. Zečević
Pemain bertahan31300101
 14S. Rendy
Pemain bertahan29300100
 17F. Ridwan
Pemain tengah21300000
 77R. Fatahillah
Pemain tengah21000000
 6R. Agustiawan
Pemain tengah26000000
 11B. Sakti
Pemain tengah39300000
 81S. Salimin
Pemain tengah23310100
 23J. Zainal Abidin
Pemain tengah27000000
 28M. Kamri
Pemain tengah35310100
 7D. Faristian
Pemain tengah25200000
 25D. Siregar
Pemain tengah31000000
 10R. Simanjuntak
Pemain tengah23310100
 8D. Irawan
Pemain tengah30300100
 18S. Matsunaga
Penyerang26100000
 99H. Epandi
Penyerang35310000
 9Y. Effendi
Penyerang26320000
 72F. Dillah
Penyerang25200000

Diego Gama
Penyerang32000000
 21M. Drajad
Penyerang18000000
Pelatih
 I. Liestiadi