Selasa, 02 Desember 2014

Ode untuk Merry : sedikit kisah tentang alm pacar [ivan scumbag]

Merry. Saya ga pernah tau nama lengkapnya. Saya juga ga inget persis kenalnya gimana. Yang pasti saya mulai tau Merry sejak Omuniuum pindah ke Ciumbeluit dan saya mulai sering berkunjung beberapa tahun yang lalu. Tempat yang enak untuk ngobrol dan melepas kepenatan kuliah, persis di depan kampus.

Yang saya tahu, Merry adalah orang yang mengurus segala hal di belakang counter. Saya baru menyadari Merry adalah pacar alm Ivan Scumbag / Burgerkill saat membaca bukunya Kimung, "Myself: Scumbag, Beyond Life and Death". Saya sempet dengan lugunya mengkonfirmasi itu dengan Mas Tri dan Boit, "Eh itu Merry yang di buku ini kan?".

Semakin saya mengenal Merry, walau tidak pernah jauh lebih banyak daripada; "halo", "pulang dulu", "mana boit dan mastri?", "ini berapa mer?", dan ledekan atau cela-celaan seadanya, saya melihat banyak perubahan. Merry pada awalnya salah satu orang yang paling tertutup yang saya kenal, untuk banyak hal mungkin, tapi saya dapat melihat dari gesturnya. Tetapi, setahun terakhir ini Merry menjadi sosok yang jauh lebih terbuka, lebih ramah dan sering menyapa pelanggan. Dari yang ucap-ucapan dan ledek-ledekan dan cela-celaan (suatu hal yang banyak dikenang dari orang lain) yang kurang bermakna, menjadi sapaan yang hangat. Auranya pun tidak segarang saat saya pertama kali mengenalnya.

Subuh tadi, setelah saya selesai bekerja sepanjang malam, saya mendapat kabar duka. Oleh Kimung, dari Fesbuk. Saya mencoba tidak untuk memikirkannya, hanya menyebarkan kabar sebagai perhormatan saya untuknya. Saya ingat hal terakhir yang kami bahas adalah Merry seorang mutan. Ga pernah jelas sakit apa. Sudah bersih selama beberapa tahun terakhir. Tapi setan penggerogot itu mungkin tidak pernah melepas cengkramannya dari dalam. Terakhir dites ga ada apa-apa dengan kepala dan paru-parunya. Diagnosa terakhir adalah TBC. Itu akhir Juli. Saya hanya bisa tidur dan sedikit menyayangkan hal ini terjadi.

Lalu pas saya bangun siangnya, Felix men-tag saya dengan note di facebooknya. Kira-kira hal yang serupa dengan apa yang saya tuliskan ini. Entah kenapa airmata saya tidak bisa berhenti mengalir. Sampai dua jam selanjutnya, di tempat tidur. India sialan. Bikin melodramatis. Sampai saat ini saya tidak pernah mengerti mengapa tubuh rasa bereaksi lain dengan emosi saya yang cukup datar. Mungkin ketidak seimbangan hormon, mungkin empati bawah sadar. Dari pagi sampai malam, saya tidak berani datang atau bertemu dengan teman-teman yang berkabung. Takut jebol lagi. Saya baru datang saat hampir tengah malam ke Omuniuum, menahan dengan bir dingin.

Tapi kira-kira gini akhirnya. Hal yang paling saya syukuri dari lubuk hati yang mendalam. Terakhir kali saya berbicara dengannya diakhir Juni, bukan cela-celaan atau ledekan yang mungkin sepele tetapi mungkin dapat membuat saya menyesal bahwa hal tersebut adalah obrolan yang terakhir yang kami lakukan. Terakhir kali kami berbicara merupakan sapaan dan obrolan hangat.

Mungkin sudah saatnya saya mengurangi cela-celaan saya dan menggantinya dengan keramahan setiap saat. Karena itu yang dapat saya kenang dengan Merry.

Dengan airmata.
Bandung, 20 Agustus 2009

copy from https://www.facebook.com/notes/ryan-koesuma/ode-untuk-merry/119547617225

4 komentar: