Minggu, 28 Maret 2010

Para Tokoh Kedokteran Ahli Ilmu Pengobatan Tradisional Tiongkok - China Kuno

Ilmu kedokteran Tiongkok zaman dulu, adalah sangat maju, dari zaman ke zaman telah muncul tidak sedikit dokter-dokter kenamaan yang tekniknya tak ada taranya, misalnya Pian Que --di akhir masa Chun Qiu (407-310 SM), Hua Tuo --di akhir Dinasti Han Timur (25-220 M), Dong Feng serta Zhang Zhong Jing (tiga orang dokter ajaib dari Jian An 196-220 M), Huang Pumi dari Dinasti Han Timur (25-220 M), Ge Hong pada Dinasti Cin Timur (317-420 M), raja obat Sun Simiao (Dinasti Tang 618-907 M), Zhu Zhen Heng dari Dinasti Yuan 1271-1368 M (salah satu dari 4 dokter besar pada Dinasti Jin dan Yuan) dan Li Shi Zhen (dokter suci/Dinasti Ming 1368-1644 M) dan sebagainya.

Prestasi ilmu kedokteran mereka sangat menonjol, dari dokter-dokter agung ini dipilih beberapa tokoh-tokoh representatif, diceritakan secara ringkas dari persembahan mereka terhadap ilmu kedokteran. Berikut ini akan diperkenalkan dokter-dokter ternama China, yang ahli dalam berbagai ilmu penyakit, termasuk penyakit wanita.


Pian Que

Pian Que (Akhir Masa Chun Qiu, 407-310 SM). Pian Que mampu mendiagnosa penyakit dengan sangat menakjubkan, cukup melihat warna dan ekspresi muka pasien saja, sudah bisa menjelaskan ikhtiar kondisi penyakitnya dan lewat empat macam pemeriksaan (meraba nadi, melihat air muka dan tubuh, mendengar suara dan mencatat bentuk kelainan) dapat mendeteksi serta memberi resep pengobatan obat dengan tepat. Beliau seorang ahli penyakit dalam, kulit dan bedah, penyakit wanita serta anak-anak, dan akupunktur.

Yang membuat orang terkagum-kagum adalah bahwa Pian Que pernah menyelesaikan operasi pencangkokan jantung dengan sukses. Berdasarkan buku Liezi Tangwenpian pada zaman Chun Qiu, di negara Lu seorang bernama Gong Hu dan di negara Zao seorang bernama Qi Ying jatuh sakit, keduanya minta berobat pada Pian Que. Setelah diperiksa dengan teliti, tidak saja berhasil mendiagnosa penyebab penyakit luar mereka, malah sampai penyakit dari watak bawaan mereka yang berbeda itu pun berhasil didiagnosa, akhirnya tidak saja mengganti jantung, tapi sekaligus mengubah watak asli mereka, berbeda dengan watak asalnya. Setelah jantungnya diganti, kehidupan mereka tetap seperti sedia kala, pembedahan tersebut terjadi di antara tiga sampai empat ratus tahun sebelum Masehi, sangat mungkin merupakan orang yang melakukan pencangkokan jantung paling dini dalam sejarah peradaban umat manusia kali ini.




Gambar foto Pian Que tokoh tabib pengobatan Tiongkok china kuno



Dewasa ini ilmu pengetahuan Barat hingga zaman modern ini baru muncul pencangkokan jantung, sedangkan tingkat keberhasilannya tidak seratus persen, setelah dilakukan pencangkokan jantung maka pasien harus minum obat, dan harus sering periksa kembali ke rumah sakit, bahkan ada yang terjadi komplikasi penyakit lain atau dilakukan pembedahan kembali karena penyakit jantungnya kambuh. Dalam proses pembedahan pada umumnya dilakukan bersama beberapa dokter dan perawat, fasilitas-fasilitas yang digunakan pun banyak sekali. Namun dalam kisah Pian Que itu dapat kita lihat bahwa pencangkokan jantung tadi dapat dilakukan sendirian terhadap dua orang pasien dalam waktu yang sama, serta tak perlu bermacam-macam peralatan ruwet yang dibutuhkan oleh teknologi maju sekarang ini. Teknik pengobatannya yang hebat dan sempurna itu sungguh membuat generasi belakangan sangat takjub.

Generasi muda pengikut Pian Que pun terwarisi oleh sebagian teknik pengobatan yang luar biasa itu, misalnya dikisahkan Kaisar Dinasti Sung Utara yang terkena penyakit akibat mengumbar nafsu birahi, pada saat dia dalam keadaan sekarat, dokter di kerajaan pun kehilangan akal, kemudian disembuhkan oleh murid Pian Que yang bernama Xu Xishan, maka Kaisar Dinasti Sung Utara itu memenuhi permintaan Xu lalu mendirikan sebuah vihara Pian Que untuk mengenang pujangga kedokteran ini.

Pada zaman Pian Que, para dokter tidak sungguh-sungguh mempelajari ilmu kedokteran untuk mensejahterakan pasien, tapi berpikir bagaimana caranya agar dapat memeras rakyat. Pian Que dengan tulus mengobati rakyat, meski membuat banyak orang marah terhadapnya tapi beliau sedikit pun tak gentar pada pejabat-pejabat yang berkuasa saat itu. Ketika Kaisar Wu Wang dari Dinasti Qin (221-206 SM) sakit keras, dokter-dokter tak berdaya lalu mencari Pian Que, tidak terduga bahwa menteri-menteri yang ada di kanan-kiri kaisar menentang, dan Pian Que pun dengan kesempatan ini menasihati sang kaisar, jika hendak menata negara sama halnya mengobati pasien jangan mendengarkan orang yang buta pengetahuan, sehingga tidak akan mungkin bisa menyembuhkan penyakit atau mengatur negara dengan baik. Dari sini dapat dilihat jiwa Pian Que yang tak gentar dan intelijensinya yang melebihi orang lain.

Pian Que dalam ilmu kedokterannya meraih sukses yang luar biasa serta reputasinya sangat besar dalam kalangan rakyat. Namun jiwa dan talentanya yang baik hati itu malah mendapat iri dengki dari segelintir orang, pada tahun 310 SM, dokter istana memerintah Li Mi mengutus orang menghadang dan membunuhnya di Gunung Chiao (barat daya Provinsi Hepei). Pian Que dokter masyhur satu generasi itu dengan demikian meninggal dunia dalam usia 97 tahun.


Sun Simiao (581-682 M, Dinasti Sui dan Dinasti Tang)

Sun Simiao memakai obat bagaikan memimpin tentara, luar biasa teliti dan akuratnya, sampai-sampai dijuluki "raja obat". Beliau sering datang ke Gunung Wutai di Kabupaten Yao, Provinsi Shan Xi untuk memetik obat dan menelitinya, maka itu dijuluki Gunung Obat. Dalam kedua buku kristalisasi dari hasil jerih payah seumur hidupnya itu yang berjudul: Qiancin Yaofang dan Qiancin Yifang ini mencatat 5.300 lebih resep obat secara rinci dan 800 lebih bahan baku obat, serta mengisahkan cara penggunaan bahan obat-obatan tersebut, bagaimana menanam dan bagaimana pula mengolah sampai menjadi obat, serta mencatat pengalaman puluhan tahunnya selama beliau menjalankan praktik klinisnya, oleh karena itu kedua buku ini dipandang sebagai ensiklopedia ilmu kedokteran yang terdini di negara China. Dalam buku itu sudah menyinggung resep untuk mengobati penyakit-penyakit seperti: kusta, disentri, diabetes, koreng, bisul (radang jaringan sel di bawah kulit), TBC, kelenjar limpa, guiter (gondok), penyakit kulit, anuria (kencing tersumbat) serta buta ayam dan sebagainya.




Gambar foto Sun Simiao tokoh tabib pengobatan Tiongkok china kuno



Teknik ilmu pembedahan Sun Simiao pun sangat hebat dan sempurna, beliau memakai bulu sayap ayam untuk dibikin jarum kait, sebagai alat pembedah selaput katarak, dan alat pembedah lidah yang bersambung pada rongga mulut anak-anak. Selain itu, Sun pun mempunyai sebuah monograf (resep wanita) 7 jilid, menjajagi cara pengobatan serta berbagai penyakit wanita secara mandiri, termasuk kesehatan di masa hamil, perawatan setelah bersalin, cara merawat bayi yang baru lahir serta bagaimana agar tidak terhalang waktu melahirkan (protracted labor) dan sulit melahirkan (dystocia), ini adalah sangat langka sekali dalam kondisi sosial di saat itu.

Sun Simiao selain tersohor atas keahliannya dalam teknik pengobatan, sesungguhnya yang paling disegani orang adalah karena beliau adalah seorang yang sangat menghargai etika kedokteran. Pada prakata dalam buku Qiancin Yaofang pada prakata pernah mengatakan, "Nyawa manusia itu sangat berharga, dia lebih mahal dari seribu batang emas: Jika tertolong oleh sebuah resep, maka pahalanya jauh lebih dari jumlah emas itu." Kata-kata tersebut telah tersebarluaskan oleh generasi-generasi belakangan. Pada bab Dayi Jing Cheng dalam buku tersebut, beliau lebih-lebih menitikberatkan hasratnya, jika ingin menjadi seorang dokter yang besar, maka harus mempunyai hati belas kasih, rela menolong semua orang yang menderita.


Li Shi Zhen

Karya tulis Li Shi Zhen (1518-1593 M) berjudul "Penchao Kangmu" yang paling akbar dalam hidupnya telah mencatat penjelajahan bersama muridnya selama 30 tahun ke seluruh Tiongkok antara lain: sisi selatan dan utara sepanjang Sungai Yangzi serta pegunungan yang tinggi untuk mencari bahan obat-obatan, termasuk obat dari tumbuh-tumbuhan sebanyak 1.094 jenis, obat dari hewani sebanyak 444 jenis, obat dari mineral sebanyak 275 jenis dan 79 jenis lain-lainnya, serta 10.096 resep yang berasal dari kalangan rakyat awam, juga terdapat 1.160 buah gambar, pengobatan merangkap obat-obatan, aneka gambar dilengkapi keterangan. Dia tidak sekadar sebuah adikarya dalam ilmu kedokteran saja, bahkan termasuk zologi, botani, mineralogi, spigmologi (ilmu pemeriksaan dengan urat nadi), ilmu farmakologi (ilmu membuka resep) dan prinsip ilmu kedokteran dan sebagainya.

Begitu mengawali proses praktik pengobatan maka Li Shi Zhen telah menemukan banyak sekali kesalahan dalam buku obat-obatan yang ada, oleh karena itu, beliau memutuskan menulis kembali sebuah buku baru khusus herbal. Demi buku satu ini, Li telah mencurahkan jerih payah semasa hidupnya, ia pernah melanggar aspirasinya dan menjadi seorang pegawai negeri selama setahun, tadinya mengharapkan tenaga istana kekaisaran dapat menyusun dan merevisi buku ini, tapi dari kaisar sampai kalangan rakyat, sedang gemar membuat pil mukjizat mengharapkan hidup awet muda, Li kemudian berhenti dan pulang mudik. Demi buku ini, beliau masuk ke pedalaman gunung dan hutan yang banyak ular berbisa untuk mencari tumbuhan obat-obatan, bahkan uji coba obat dengan tubuhnya sendiri, makan kecubung wulung untuk mengetes bisanya serta membuat sendiri obat penawar racunnya. Semangat dan keuletan Li sungguh sangat terpuji.




Gambar foto Li Shi Zhen tokoh tabib pengobatan Tiongkok china kuno



Selain itu, Li Shi Zhen sangat ahli dalam berbagai bidang penyakit, selain khusus mendalami obat-obatan, dalam ilmu pemeriksaan nadi, beliau pun mempunyai keahlian tersendiri telah mengemukakan tujuh meridian istimewa dan delapan meridian, menyingkap fisiologi dan potologi meridian istimewa (selain 12 meridian utama pada tubuh manusia, masih ada yang disebut meridian istimewa, jumlahnya 8). Dengan demikian, ia mempunyai kontribusi sangat menonjol terhadap ilmu pengobatan klinis dan teori meridian.

Li Shi Zhen juga seorang dokter besar yang mempunyai etika kedokteran yang luhur, sehari-hari bekerja keras untuk mempelajari prinsip ilmu pengobatan, menitikberatkan ulang pemeriksaan gejala penyakit, menganalisa dan mendiagnosa sangat seksama, penggunaan obat pun tepat, oleh karena itu ketika memberi pengobatan, kabanyakan berhasil dan sembuh, beliau juga memiliki rasa simpati tinggi terhadap penderita, sangat mendapat pemujian dari rakyat, dalam waktu beberapa tahun yang singkat saja namanya sudah dikenal di mana-mana.

Dari kisah dokter-dokter terkenal di zaman Tiongkok dahulu, kita tidak sulit untuk mengetahui bahwa ilmu kedokteran Tiongkok zaman dahulu sudah jauh melebihi ilmu pengetahuan Barat, 300-400 tahun Masehi lalu, di Tiongkok sudah muncul operasi pencangkokan jantung, 100 tahun Masehi yang lampau sudah ada penyambungan kembali tulang yang patah, cuci usus, membedah tempurung kepala, juga sudah ada obat bius, operasi katarak sudah dapat dilakukan mata oleh Sun Simiao pada tahun 500 M yang lalu. Mengenai pemakaian obat lebih merupakan suatu keterampilan yang ajaib, begitu obat diminum penyakitnya pun sembuh, pada masa itu Huatuo berhasil menyembuhkan penyakit kuning dan penyakit tifus oleh Zhang Zhong Jing, serta masih banyak penyakit-penyakit yang sulit disembuhkan lainnya, seperti diabetes juga, sudah ada resep penyembuhannya.

Akupunktur -terapi satu-satunya yang dimiliki oleh Tiongkok, prestasi dokter-dokter ternama saat itu sudah tinggi sekali, sehingga pengobatan akupunktur dapat bertahan hingga sekarang. Bahkan dokter di zaman dahulu ada yang memiliki kemampuan supernormal yang melebihi orang biasa, misalnya Pian Que hanya berdasarkan pendeteksian mata saja tanpa harus meraba denyut nadi sudah mampu memaparkan kondisi penyakit pasien secara ringkas, Huatuo pun tanpa harus dengan bantuan alat apa pun, sudah bisa mengetahui tumor pada otak Caocao. Titik akupunktur pada tubuh manusia yang sering dipakai oleh ilmu pengobatan Tionghoa, yang tadinya selalu tidak diakui oleh perkembangan ilmu pengetahuan Barat sekaligus tidak dapat terdeteksi olehnya, akhirnya setelah hingga waktu dekat ini ada yang menemukan titik-titik yang mengeluarkan cahaya dan terang di posisi tertentu tubuh manusia (posisi titik akupunktur) dengan menggunakan teknik pemotretan Grian, baru terbukti secara autentik keajaiban dan sempurnanya teknik ilmu pengobatan orang Tiongkok kuno yang melebihi manusia zaman sekarang.

Selain itu, dari kisah dokter ajaib, kita dapat menemukan dalam perkembangan teknik pengobatan, dokter-dokter ajaib itu bukan hanya sekadar membaca segala buku saja, tapi keluar-masuk ke hutan belantara dan mencari kelangsungan hidup di alam raya itu. Relatif tak sama dengan dokter zaman sekarang ini yang hanya mencari metode pengobatan yang lebih baik dalam disertasi yang ditekuni sepanjang hari, tampaknya mempunyai perbedaan yang amat besar. Akhir kata, sambil kami tambahkan, bahwa dokter-dokter besar tersebut dengan dokter zaman sekarang tampaknya mempunyai perbedaan dalam karakter pribadi yang sangat besar (Apalagi bandingkan dengan Metode Pengobatan ala Batu Ponari yang sangat terkenal saat ini di Indonesia? ).

Ilmu kedokteran Tiongkok zaman dulu, adalah sangat maju, dari zaman ke zaman telah muncul tidak sedikit dokter-dokter kenamaan yang tekniknya tak ada taranya, misalnya Pian Que --di akhir masa Chun Qiu (407-310 SM), Hua Tuo --di akhir Dinasti Han Timur (25-220 M), Dong Feng serta Zhang Zhong Jing (tiga orang dokter ajaib dari Jian An 196-220 M), Huang Pumi dari Dinasti Han Timur (25-220 M), Ge Hong pada Dinasti Cin Timur (317-420 M), raja obat Sun Simiao (Dinasti Tang 618-907 M), Zhu Zhen Heng dari Dinasti Yuan 1271-1368 M (salah satu dari 4 dokter besar pada Dinasti Jin dan Yuan) dan Li Shi Zhen (dokter suci/Dinasti Ming 1368-1644 M) dan sebagainya. Prestasi ilmu kedokteran mereka sangat menonjol, dari dokter-dokter agung ini dipilih beberapa tokoh-tokoh representatif, diceritakan secara ringkas dari persembahan mereka terhadap ilmu kedokteran.

Mereka memandang hambar nama dan kepentingan, berniat menolong orang, tak suka akan kehidupan mewah yang serba berlimpah, tapi sebaliknya, jejak mereka tersebar luas di seluruh pelosok Tiongkok, mereka tak kenal susah payah, melalui perjalanan yang panjang dan berat terjun ke dalam masyarakat, walau hidup sederhana, akan tetapi hidup damai dan senang, suka membantu orang. Tujuan semula berkarya menulis buku bukan untuk mendambakan diri, untuk dikenang orang sepanjang masa, sebaliknya demi menolong penderitaan berjuta-juta rakyat. Pikiran dan semangat yang tidak demi kepentingan diri sendiri dan tanpa egois, tanpa mengejar hasrat semu dan keinginan yang akan dicapai, adalah yang justru paling dikenang oleh generasi seterusnya. Begitulah potret dokter kuno Tiongkok.


Source : http://erabaru.or.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar