Reggae: Rasta, Perlawanan, Perdamaian Dan ganja - Bagi sebagian orang musik reggae diidentikan dengan ganja dan rasta. Padahal, rasta dan reggae tidak memiliki ikatan apapun. Reggae adalah genre musik, sedang rasta atau rastafar’i suatu faham yang berkembang di Afrika dan dijadikan sebagai gerakan politik untuk membebaskan diri dari sistem perbudakan di tahun 30-an. Memang, mayoritas penganut faham Rastafarianisme berambut gimbal dan menggunakan ganja sebagai media bermeditasi untuk mendekatkan diri pada Tuhan yang diyakininya (King Haile Selassie).
Reggae suatu genre musik yang berkembang di Jamaika. Reggae sendiri merupakan campuran dari aliran ska dan rocksteady. Musik reggae kombinasi musik tradisional Afrika, Amerika dan Blues serta lagu rakyat Jamaika. Reggae diketahui orang banyak sebagai musik rakyat Jamaika. Namun sebenarnya, berasal dari New Orleans, kota R & B (Rhythm and Blues). Musik ska, yang mempunyai pengaruh kuat pada reggae, juga berasal dari New Orleans. Musik-musik ini diperdengar dari siaran radio Amerika. Iringan gitar pas-pasan dan putus-putus merupakan interprestasi para musisi akan R & B yang populer di tahun 60an.
Lirik-liriknya biasanya berbicara tentang tradisi kritik sosial, namun tak jarang juga yang berbicara dengan tema yang lebih ringan dan pribadi seperti cinta dan bersosialisasi. Beberapa berupaya untuk meningkatkan kesadaran politik seperti mengkritik kapitalisme atau menginformasikan pendengarnya tentang topik yang kontroversional, misalnya saja apartheid. Ada banyak seniman yang memanfaatkan tema agama dalam musik mereka. Yang lainnya pada umumnya berbicara tentang sosial politik, nasionalisme kulit hitam, anti rasisme, anti kolonialisme, anti kapitalisme sampai kritik terhadap sistem politik.
Musisi asal Kingston Jamaica Bob Marley dianggap seperti nabi oleh pecinta musik reggae. Bob Marleylah yang mempopulerkan genre reggae di jagat industri musik dunia. Lirik lagu yang diciptakannya, memberikan inspirasi bagi banyak orang untuk berjuang dan bicara tentang perdamaian.
Musik reggae juga sampai berkembang ke Indonesia. Mulai populer tahun 1980, dengan munculnya band Reggae Abreso pada acara Reggae Night di Taman Impian Jaya Ancol. Tahun 1986 band yang personilnya pemuda asal Papua ini, performing di Christmas Island selama tiga bulan yang diprakarsai oleh Yorries Raweyai. Pada tahun 1984 Abreso masuk rekaman lagu-lagu reggae.
Masih di era tahun 1980-an, ada lagu “Dansa Reggae” yang dinyanyikan oleh Nola Tilaar dengan iringan musik oleh Willie Teuguh. Lagu ciptaan Melky Goeslaw itu adalah salah satu lagu reggae yang mengajak masyarakat dari berbagai latar belakang kultural ramai-ramai menikmati reggae. Dengar liriknya, “Orang Jawa bilang, ‘monggo dansa reggae’!”
Reggae timbul tenggelam di dunia musik Indonesia, namun tidak pernah hilang. Reggae kembali hidup ketika Steven & Coconut Treez mengeluarkan single Welcome To My Paradise. Berkat grup inilah reggae kembali berkumandang di radio. Banyak grup reggae yang masih berkibar di belantika musik Indonesia, seperti Tony Q – Rastafara, Black & Company, Souljah, Shagy Dog, dan The Babylonians.
Musik reggae memberikan pesan cinta dan kedamaian, sehingga ketika mendengarkan lagu-lagunya, serasa memberikan relaksasi. Dan yang terpenting, bahwa musik reggae selalu menghembuskan udara perdamaian dalam tiap-tiap liriknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar