Aimee adalah seorang eksekutif muda di perusahaan yang sedang berkembang pesat. Bagi seorang Aimee waktu begitu berharga. Sampai-sampai untuk waktu istirahat saja, dirinya masih disibukkan dengan beberapa hal.
Pada hari itu sengaja sambil beristirahat siang, sambil menunggu jadwal ketemu seorang clientnya, dia duduk di sebuah kafe terbuka. Tentu saja seorang Aimee tidak akan duduk diam begitu saja. Sambil berinstirahat, jari-jarinya sibuk mengetik di laptopnya sambil sesekali memencet-mencet tombol blackberrynya. Hem, Aimee memang nggak bisa berhenti total, meski menurutnya sekarang dia sedang istirahat siang.
Sa’at itulah, tiba-tiba seorang gadis kecil yang membawa beberapa tangkai bunga menghampirinya.
”Tante beli bunga dong tante !”, ujar gadis kecil itu dengan lembut ambil menyodorkan beberapa tangkai bunga.
”Tidak Dik, saya tidak butuh,” ujar Aimee yang dengan tetap sibuk dengan laptopnya.
”Satu saja Tante, kan bunganya bisa dibawa pulang, masih segar lho tante, cantik lagi kayak tante,” rayu si gadis kecil itu lagi.
Mendengar rayuan gadis kecil itu, muka Aimee jadi memerah, tapi bukan karena pujian yang membuat hatinya senang. Aimee merasa ketenangan & konsentarasinya terganggu oleh gadis kecil penjaja bunga itu.
Dengan setengah kesal dan nada yang mulai meninggi Aimee berkata, ”Adik kecil tidak melihat Tante sedang sibuk ?”
“Kapan-kapan ya kalo Tante butuh, Tante akan beli bunga dari kamu !”.
Mendengar ucapan Aimee yang mulai ketus, gadis kecil itu pun kemudian beralih ke orang-orang yang lalu lalang di sekitar kafe itu.
Tak beberapa lama berlalu, setelah Aimee menyelesaikan istirahat siangnya, ia segera beranjak dari kafe itu.
Sa’at dirinya berjalan keluar, Aimee berjumpa lagi dengan si gadis kecil penjual bunga yang kembali mendekatinya.
”Sudah selesai kerja Tante, sekarang beli bunga ini dong Tante, murah kok satu tangkai hanya dua ribu saja”.
Bercampur antara jengkel dan kasihan Aimee segera mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya.
”Ini uang 2000 rupiah buat kamu. Tante lagi tidak mau bunganya, anggap saja ini tip untuk kamu,” ujar Aimee sambil menyodorkan uangnya kepada si gadis kecil.
Dan dalam sekejap uang tersebut sudah berpindah tangan. Uang dua ribu itu diambil gadis kecil itu. Tetapi bukan untuk disimpannya. Gadis kecil penjaja bunga itu berlari kecil kearah seorang pengemis tua yang sedang berdiri kepanasan di dekat halte tak jauh dari kafe. Gadis kecil itu memberikan uang yang diberikan Aimee barusan kepada pengemis tua itu.
Tentu saja melihat reaksi gadis kecil penjaja bunga itu membuat Aimee, jadi sedikit berang. Aimee mulai keheranan dan sedikit tersinggung dan mulai memanggil gadis kecil itu lagi kepadanya.
“Hei, dik…kemari !”
”Kenapa uang tadi tidak kamu ambil buat kamu sendiri, malah kamu berikan kepada pengemis itu ?”
Tapi diluar dugaan Aimee, gadis kecil penjaja bunga itu menjawab dengan mimiknya yang tetap lugu dan polos.
”Maaf Tante, saya sudah berjanji dengan mak saya, bahwa saya harus menjual bunga-bunga ini dan bukan mendapatkan uang dari meminta-minta.
Mak saya berpesan walaupun tidak punya uang saya tidak bolah menjadi pengemis.”
Kali ini Aimee jadi tertegun.
Betapa ia mendapatkan pelajaran yang sangat berharga pada siang hari ini dari seorang gadis kecil penjaja bunga yang jelas-jelas sudah diremehkannya dari tadi.
Aimee tersentak dan dalam hati dia bergumam, bahwa “Bekerja adalah sebuah kehormatan”.
Meski terkadang hasil tidak seberapa tetapi keringat yang menetes dari hasil kerja keras adalah sebuah kebanggaan.
Akhirnya tanpa pikir dua kali Aimee mengeluarkan dompetnya dan membeli 10 tangkai bunga dari gadis kecil itu. Tapi kali ini bukan karena kasihan. Aimee ingin menghargai semangat kerja dan keyakinan gadis kecil yang memberinya pelajaran berharga untuk dirinya hari itu.
Dan tentu saja, kali ini Aimee tersenyum lebar, menyadari kekeliruannya akan sikapnya beberapa waktu tadi.
Kini langkah kaki Aimee berjingkrak dengan semangat, yes “kerja bagiku adalah kehormatan”…bukan lagi sebagai beban….kali ini Aimee melangkah sambil bernyanyi kecil dengan sepuluh tangkai bunga di tangan kanannya.
Yap, begitulah, terkadang tidak jarang kita menghargai pekerjaan sebatas pada uang atau upah yang diterima.
Kerja akan bernilai lebih jika itu menjadi kebanggaan bagi kita.
Sekecil apapun peran dalam sebuah pekerjaan, jika kita kerjakan dengan sungguh-sungguh akan memberi nilai kepada manusia itu sendiri.
Dengan begitu, setiap tetes keringat yang mengucur akan menjadi sebuah kehormatan yang pantas kita perjuangan.
Semoga sekelumit cerita diatas bisa bermanfa’at dan memberi inspirasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar