Sang Maut Yang selalu Mengintai
Dalam belitan sang maut tersenyum engkau, membagi hati ke segenap penjuru sejangkaumu, mengajak mereka tersenyum menyongsong masa depan, di antara ketidak pastian diri yang tercengkram , sepotong takdir yang kusebut sekarat, meluluhlantakkan hati yang coba ‘tuk berharap.
Dalam tidurmu kadang kulihat kegelisahan itu, menggerogoti ketabahan yang susah payah kau bangun, diantar ringkih tubuh yang dipaksa terus berjalan,demi membuat dunia getir itu dapat tersenyum, sepenggal tahajudmu menyadarkanku, sungguh tiada gunanya memaki Dia, yang mengizinkan sepotong takdir mengampirimu.
Wajah teduh berhiaskan binar mata sayu, semoga tetap menerangi hidup, sebab dikau matahari bagi mereka mereka, yang di paksa hidup dalam kegetiran, dimana tawa hanya ketika keberadaanmu sebagai harapan, dari Dia yang menciptakan maut yang mengintai,harapku hanya sertakanlah aku di antara citamu, menikmati tiap detik yang tersisa, dalam senyum setulus hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar