Kau bilang duniamu itu bulat, persis seperti bola yang mudah menggelinding kesana kemari. Aku bilang duniaku bentuknya kotak persis seperti kubus yang hanya bisa diam di tempat mana dia diletakkan & hanya pindah ketika ada yang memindahkan. Kau menertawakanku terbahak-bahak, “Mana mungkin dunia itu kubus!”. Hei, tapi coba kau lihat, duniaku memang kubus. Lagi-lagi kau tertawa, bahkan kali ini lebih keras.
Aku termenung, mulai memikirkan. Kami sama-sama punya dunia. Tapi dunia kami bentuknya berbeda. Seringkali kami berbeda kata menyikapi hal-hal yang terjadi di dunia kami. Ah ya, baiklah.. mungkin karena aku belum sempat mengasah sudut-sudutnya, hingga nantinya tampak bulat seperti duniamu ya..
Kau hanya diam saat melihatku mengikir & mengasah sudut-sudut kubus duniaku. Ya, lihatlah, setidaknya aku mencoba membulatkan duniaku. Kupinta kau untuk melihat sejenak dunia yang ada di tanganku, menggunakan kacamataku. Dan kaupun mulai mengajariku mengasah sudut-sudut kubusku dalam kesabaran pangkat tujuh..
Ya.. aku tahu, akan butuh ribuan pangkat kesabaran dan tenaga yang besar untuk membuat duniaku sebulat duniamu. Namun toh, jika itu semua terlalu sulit & mahal bagimu, yang kupinta hanya satu.. sebuah pengertian..
* sebuah perenungan dari curhat seorang teman *
gambar pinjam dari sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar