Kultur Sepakbola Kita Memang Berbeda
JAKARTA, MediaSepakbola.com- Sepakbola Indonesia terkenal dengan fanatisme suporternya yang luar biasa. Bahkan dalam daftar yang dirilis Firma Sport Marketing Inggris Initiative Futures Sports+Entertainment, supporter Indonesia masuk dalam daftar 10 suporter terfanatik dunia. Hal tersebut sangat luar biasa, mengingat prestasi supporter Indonesia masih berbanding terbalik dengan kondisi sepakbola negaranya.
Adanya penerapan politik praktis yang dimasukan dalam ranah sepakbola, menjadi salah satu factor fanatisme dari supporter Indonesia. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri, mengingat selama beberapa decade, klub-klub Indonesia dijadikan ladang mengais dukungan oleh para pejabat di daerah.
Namun, jika berkaca dari supporter-suporter luar negeri yang sama sama masuk dalam daftar supporter fanatic dunia. Fanatisme supporter Indonesia jelas tidak dapat disamakan dengan supporter Inggris misalnya.
Fanatisme supporter Inggris, identik dengan kultur “Hooliganisme”. Kabar kebrutalan Hooligan sendiri telah mendunia, namun factor jaminan keamanan bagi supporter di tanah Britania sangat terjamin. Adanya asuransi keselamatan bagi pengunjung stadion serta kesigapan stackle holder sepakbola Inggris dengan menerapkan pencekalan bagi supporter yang terjerat aksi-aksi hooliganisme, menjadi jaminan penuh bagi keamanan supporter Inggris.
Beralih ke Italia yang berkultur ULTRAS. Rivalitas supporter di Italia, tidak kalah dengan rivalitas supporter Inggris. Terbentuknya komunitas-komunitas berkultur Ultras yang notabene tercipta dari percaturan politik serta praktik-praktik Mafia Italia terlihat begitu mengerikan. Namun, tetap ada pertanggungjawaban dari pelaku-pelaku sepakbola disana untuk menciptakan iklim sepakbola yang sehat. Ada jaminan keamanan bagi pecinta-pecinta sepakbola Italia di Stadion maupun diluar Stadion.
Dan di Indonesia, kultur yang ada hampir sama dengan kultur sepakbola Amerika Latin yang bergaya Barrabravas. Hampir tidak ada jaminan keamanan yang sanggup mengekang rivalitas supporter yang berlebih. Kekerasan didunia supporter hamper menjadi pemandangan yang biasa, dan tanpa ada jaminan keamanan.
Satu demi satu korban berjatuhan di dunia supporter, akan tetapi jarang sekali ada solidaritas supporter yang bersama sama untuk mencegah kerjadian tersebut terulang kesekian kalinya.Dari sisi birokrasi, tidak ada ikhtikad dari pemerintah untuk turut serta meminimalisir kejadian-kejadian yang tidak diharapkan di dunia supporter.
Suporter Indonesia boleh saja meniru klutur-kultur sepakbola Eropa dari segi kreatifitas dan segi positif lainnya. Bersatunya supporter Italy untuk mengecam tindakan aparat kepolisian Italy ketika salah seorang Ultras Lazio, Gabriele Sandri menjadi korban kesewenang-wenangan aparat, mungkin bisa kita ambil sisi positifnya. Suporter dibelahan dunia manapun, berbeda kultur, beda kondisi dan beda situasi. (cho)
http://mediasepakbola.com/kultur_sepakbola_kita_memang_berbeda_berita7611.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar