SUPORTER : Profesi Tergila Di Muka Bumi
SUPORTER : Profesi Tergila Di Muka Bumi
Kalo yang pernah nonton film 300 pasti bakal inget sama scene ini,
pas Leonidas tanya apa profesi dari ribuan prajurit yang akan
membantunya. Jawaban dari prajurit itu beda-beda, ada yang jawab
petanilah, peternaklah, eeklah. Tapi ketika Leonidas bertanya ke
prajurit Sparta yang Cuma 300 orang itu, semua menjawab
serentak,seragam,sama dan sebangun, yaitu WARRIOR alias prajurit. Gober
dan GDT, teman seper-eek-an saya sejak 1998, dulu pernah guyon pengen
ngisi kolom pekerjaan di KTP dengan suporter. Saya Cuma ketawa aja waktu
itu. Bukan meremehkan mereka atau bahkan meragukan betapa total 2 nama
itu ketika menjadi suporter, saya justru tertawa dengan regulasi di
Indonesia yang semuanya harus serba serius. Memangnya suporter bukan hal
yang serius? Eek.. Menurut versi film Nagabonar Jadi 2,
sepakbola Indonesia tidak bisa maju karena minimnya lapangan sepakbola
yang tersedia di Indonesia. Hal itu tidak salah, saya pun juga
menyetujuinya. Tapi penyebab lainnya adalah tidak adanya suporter
sepakbola di Indonesia. Tidak ada suporter gimana? Jelas-jelas kalo
timnas main GBK sering penuh gitu kok. Eek sekali yah saya? Coba tanya
ke setiap orang yang dateng ke GBK, apa profesi mereka? Mungkin dari
mereka ada yang jawab karyawan bank, agen asuransi, pengusaha, hingga
profesi artis dan presiden, atau kalo saya yang jawab saya bakal jawab
cover boy sekaligus foto model papan atas dunia. See? Nyaris tidak ada yang menjawab profesinya suporter. Bagaimana sepakbola Indonesia bisa maju kalo yang dateng ke stadion tidak ada yang berprofesi sebagai suporter?Suporter, menurut para ahli tata bahasa berasal dari bahasa Inggris, supporter, konon
artinya pendukung. Jadi siapapun yang dateng ke stadion dan mendukung
tim itu sudah masuk kategori suporter. Kalo dibantah kayak gitu maka
jadi eeklah saya. Secara definisi berdasar bahasa betul,
bahkan Kabul penjual tahu asin di stadion pun sudah bisa masuk kategori
suporter. Tapi suporter memiliki nilai lebih dari sekedar definisi
berdasar bahasa di kamus. Suporter tidak sekedar memberikan dukungan
dengan Cuma dateng di stadion. Suporter tidak Cuma sekedar nyanyi-nyanyi
di tribun atau ngechant atau apalah itu istilahnya. Suporter memiliki
nilai lebih dari itu. Suporter versi saya adalah orang
yang siap mati dan siap miskin demi yang dibanggakannya. Siap mati dan
siap miskin? Kok bisa? Ya bisa, nggak usah ngeyel. Eek.. Bukan mau mengungkit peristiwa kelam masa lalu, tapi banyak peristiwa di dunia sepakbola ini yang menempatkan nyawa di urutan embuh ra weruh.
Untuk urusan sepakbola lokal, kita pernah disuguhi berita Bonek yang
diserang di Solo, seorang suporter Persib yang nekad nonton
Persija-Persib di GBK yang notabene “haram” untuk pendukung Persib,
ketegangan pendukung Persijap-PSIS, bentrok Pasoepati-BCS, bentrok
Pasoepati-pendukung PSIM, bentrok pendukung PSIM-PSS, dan masih banyak
lagi. Bagi mereka yang kadar kesuciannya melebihi malaikat pasti
mengutuk aksi-aksi kekerasan dan bentrokan yang sering meminta nyawa
itu. Tapi bagi kami eh bagi mereka, karena saya seorang cover boy papan
atas, bukan suporter, itu adalah hal paling sederhana yang bisa mereka
lakukan untuk kebanggaan mereka. “Sepakbola Indonesia itu
kejam, nonton aja bisa mati” kalo kata tokoh kakek dalam film Garuda Di
Dadaku. Si sutradara mungkin belum kenal Tonggos, Bagong, sopo meneh,
wes okehlah, termasuk saya, yang tidak hanya harus siap mati tapi juga
siap miskin. Tidak jarang kami harus sibuk menjual
barang-barang pribadi, nilep uang kuliah, nilep uang buku, nyolong ayam
demi bisa mendukung tim kebanggaan. Hal itu akan semakin parah saat kami
harus bertandang ke kandang lawan. Sudah harus siap mati, harus siap
miskin pula. Eek banget yes jadi suporter itu? Indonesia,
sebuah negara kaya berpenduduk banyak, talenta berlimpah, tapi kok
prestasi sepakbolanya kayak eek? Selain mungkin karena orang-orang di
federasi yang memang kayak eek, mungkin juga karena tidak adanya profesi
suporter di Indonesia. Keberhasilan atau kesuksesan dalam prestasi itu
harus dibentuk sejak dalam pikiran..pola pikir alias mindset. Jadi...... What is your profession? Kali
ini saya tak akan menjawab cover boy sekaligus foto model papan atas
dunia, kali ini saya akan jawab dengan mantap ala Spartan di film 300,
SUPORTER!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar